Rabu, 27 April 2011

suka?sayang? Gue maunya cinta! *cerpen alvia*

"Gue suka lo!"
"Gue suka lo!"
"Gue suka lo!" Ah itu lagi itu lagi
yang diucapin gadis-gadis ke gue.
Kenalin, gue Alvin, terkenal
sebagai preman sekolah. Banyak yang takut sama gue banyak
juga yang kepincut sama gue.
Pasti mereka cuma liat tampang
gue aja dan gue nggak suka itu.
Kebanyakan yang nembak gue
ialah cewek-cewek sok gaul yang cuma butuh gandengan keren
buat diajak jalan, emang gue tas
cewek! Gue nggak suka ucapan
'suka', mungkin gue lebih
ngehargain kalau mereka bilang
'sayang'. Tapi yang benar-benar gue tunggu dan gue harapkan
adalah kata 'cinta'….
                                          ***
"Aku cinta kamu!"Gue
terperangah, dan kenapa kata
yang gue tunggu itu datang dari
seorang gadis cupu yang
dianggap freak di sekolah?
Biasanya cewek-cewek model begini takut, bahkan mungkin
benci dengan cowok tampang
preman kayak gue. Mana mungkin
nyambung, tampilan gue aja udah
sangar. Gue bingung, kok bisa-
bisanya dia 'cinta' sama gue, bahkan sekarang berani tatap
mata gue dalam, cewek model dia
biasanya ciut. "Kenapa lo 'cinta' sama gue?"
Gue keluarkan pertanyaan
jebakan. Biasanya para cewek
yang nembak gue akan langsung
terbuka kedoknya dengan

memuji-muji luar dan dalam gue. Terbukti mereka cuma lihat
kelebihan gue. Yang gue harapin
bukan pujian, tapi definisi dari
cinta itu sendiri. "Aku nggak tahu kenapa aku
jatuh cinta sama kamu! Walaupun
aku berkali-kali nyangkal rasa ini,
tapi aku malah semakin sadar dan
rasa ini semakin besar. Yang aku
tahu, kamu memang orang yang tepat buat aku cintai!" Gue
mengamati sosok gadis cupu itu.
Dengan seragam dimasukkan, rok
dibawah lutut dan rambut yang
terus menerus dijepit asal.
Kacamata juga tidak pernah lepas dari matanya, dan menurutku
hal-hal itulah yang bisa
mengurangi kecantikan wanita. Tapi jawabannya itu, itu benar
definisi cinta yang gue cari.
Kenapa malah dia yang bisa
mengerti definisi cinta yang gue
tunggu. Bukan pujian, bukan
kelebihan, tapi kejujuran tentang perasaan yang memang diluar
kuasa kita. Itu cinta, itu benar
rasa cinta, bukan sekedar kata
suka…… Terbawa penasaran, gue setujui
ajakan dia buat jadian sama gue,
walaupun sebenarnya gue nggak
punya perasaan yang sama. Sama
teman-teman, buat ngejaga
gengsi tentu gue bilang gue cuma cari sensasi jadian sama cewek
kayak begitu.
                                       ***
Berita jadiannya gue dengan Sivia
cukup heboh tersebar di sekolah.
Gue cuek aja, banyak yang
berpendapat gue pingin
meningkatkan reputasi dengan
mencari sensasi. Gue cukup kaget waktu pertama kali ngapelin Sivia,
cewek gue. Dia nggak secupu
yang gue kira! Nggak !Dia sama sekali nggak
cupu!Ternyata penampilan cupu
itu cuma di sekolah aja, di luar dia
berdandan selayaknya gadis
biasa, manis malah. Kecuali
kacamatanya, semua dandanannya waktu mau keluar
bareng gue membuat gue
pangling. Rambutnya ternyata
panjang lurus, selama ini nggak
kelihatan karena terus dijepit.
Dan model seragam yang mengganggu pemandangan itu
sudah diganti dengan gaun pink
cantik. Sivia akan lebih manis kalau aja
dia mau melepaskan
kacamatanya. Sayangnya ia
nggak pernah mau, katanya
nggak bisa melihat jelas. Sayang
sekali dia nggak pakai softlens aja.Gue merasa cukup beruntung
jadian sama Sivia. Walaupun
tampilannya biasa dan cenderung
cupu di sekolah, gue nggak harus
ribet seperti teman gue yang lain. Sivia bukan gadis manja yang
suka minta anter jemput kesana-
kesini. Dia juga pengertian sama
gue, dia bukan tipe cewek yang
suka melorotin cowoknya. Dia
selalu berusaha membuat gue nyaman kalau bersamanya. Dan
gue mulai salut sama usaha dia.
Gue akui, gue udah sayang sama
dia, karena gue nggak ragu lagi,
dia cinta dan sayang banget
sama gue.
                               ***
Belakangan ini gue heran, Sivia
sering kelihatan kusut setiap mau
gue antar pulang sekolah.
Alasannya sih nabrak orang,
minumannya muncrat, kuahnya
muncrat, jatuh makanya ada noda tanah. Tapi gue curiga, itu
cuma alasan buatan. Gak
mungkinlah bisa sesering itu.Diam-
diam gue mata-matain dia di
sekolah, gue pesan ke teman
terdekat dia buat lapor gue kalau ada sesuatu yang aneh.
Kata temannya, kayaknya Sivia
digencet sama genk cewek-cewek
yang patah hati sama gue. Gue
langsung emosi, tapi gue ingin
menangkap basah mereka.
                                  ***
Hari itu pun tiba. Setiap istirahat
kami memang pisah. Dia sama
temannya, gue sama temen gue,
kami nggak mau jadi pasangan
yang saling ketergantungan. Gue
tahu dia cewek yang mandiri dan punya dunianya sendiri, gue
hargai kebutuhannya itu seperti
juga dia menghargai waktu gue
bersama sahabat-sabahat cowok
gue. Istirahat itu gue mergokin
Dea cs mendekati dia.Ini dia yang gue tunggu! Gue kuntitin mereka sampai ke
taman belakang sekolah yang
sepi, tapi gue tetap dalam
persembunyian. Dea mulai beraksi.
"Eh elo tuh ya, udah kita bilangin
masih ngeyel juga! Alvin tuh nggak beneran suka sama lo
cewek kampung , dia cuma cari
sensasi! Ngaca dong!" Dea
berteriak kasar sambil
mendorong Sivia sampai jatuh
terduduk. Gue emang preman, tapi gue
nggak suka tingkah pengecut
kayak gitu. Itu cuma akan dilakuin
sama pecundang yang nggak bisa
terima kekalahan, nggak sportif.
Gini-gini gue juga hargai sportifitas. "Terus apa urusan kalian!" balas
Sivia Hebat, gue nggak nyangka
Sivia berani menjawab walau
tidak beranjak dari duduknya. "Lo tuh bolot , ato pura2 bolot
sih! Ya lo putusin dia dong! Kita ini
terganggu sama kehadiran lu!
Dasar cewek kampung nggak
tahu diri!" Dea menyiram kepala
Sivia dengan coca-cola. Sivia nggak bisa melawan karena
ditahan seabrek-abrek
pasukannya. Gue udah nggak
tahan pingin nunjukin diri kalau
aja gue nggak dengar ucapan
pacar gue. Tapi ….. ada yg membuat langkah gue terhenti.... "Nggak masalah dia manfaatin
gue! Bisa bermanfaat buat dia aja
gue udah bersyukur! Daripada
ada cewek-cewek lain yang jadian
sama dia buat manfaatin dia!
Lebih baik gue yang dimanfaatin!" Ucapan Sivia itu semakin
membakar emosi rivalnya. "Eh elo nyindir kita? Berani lu
ngatain kita!" Mereka makin
beringas. "STOP! Apa-apaan sih ini! Kalian
ngapain cewek gue hah?"Aku
akhirnya keluar dari
persembunyian. "Beruntung gue nggak terima lo
semua, kalian semua norak tau
nggak! Pengecut!" Kataku sadis
sambil merangkul Sivia. Jujur gue
kaget dengan ucapannya tadi. Dia
nggak keberatan gue manfaatin, jujur awalnya gue emang nggak
serius mau jadian sama dia.
Sekarang gue sadar …. gue beruntung banget temuin cewek
kayak dia dan … jadi pacarnya. "Lo sendiri apaan Vin? Muna! Lu
cuma cari sensasi doang kan
jadian sama dia,lo tegasin dong
sama dia biar dia nggak GR!" Dea
malah membentakku. Mata Sivia
berkaca-kaca, aku sadar dia sudah hampir menangis. "Jaga bacot lo! Nggak ada
urusannya juga sama ! Lagian
kata siapa gue cuma cari sensasi
hah?" Dea memutar bola
matanya, "Hallah, Cakka sendiri yang bilang
sama gue! Lu nggak mungkin
bohong sama sohib lo itu kan!"
Sial, itu kelemahan sohib-sohib
gue, mereka nggak bisa jaga
rahasia. Itu kan cuma buat jaga gengsi gue, sekarang gengsi itu
sudah nggak penting. "Kalo gue emang bohong, lu mau
apa? Kalo gue beneran suka
sama Sivia lu mau apa?" Gue maju
menantangnya. Lalu gue
mengacungkan telunjuk di depan
hidungnya dengan wajah semarah mungkin. "Jangan pernah lagi lo ikut
campur urusan gue, apalagi
sakitin pacar gue kayak gini!
Sekali gue tau lu giniin cewek
gue, gue pastiin nggak bakal ada
lagi yang mau jadi pacar lo! Biar lu jadi perawan tua!" Gue menatapi
tajam gadis-gadis lain yang
bersekongkol dengannya. "Itu juga berlaku buat kalian!
Sekarang bubar, atau gue laporin
kalian ke kepala sekolah!" Ancam
gue. Mereka ciut dan bubar.Gue
beralih menatap Sivia yang masih
shock, matanya masih berkaca- kaca. "Kamu kenapa nggak lapor hal ini
sama aku? Kamu nggak anggap
aku sebagai cowok kamu?" Tanya
gue kesal padanya. Gue nggak
suka dia berkorban memendam ini
sendiri. "Aku pikir selama aku masih bisa
ngatasin sendiri, aku nggak
maungerepotin kamu! Lagipula
aku takut...kamu akan putusin
aku kalau tahu tentang ini!" Sivia
berkata dengan suara bergetar.Gue terharu dengan
kenyataan ini. Ternyata selama ini
Sivia sengaja pendam sendiri
karena nggak ingin gue repot, dia
bahkan nggak masalah kalaupun
gue benar-benar cuma memanfaatkan dia. "Ya nggak lah! Kamu boleh cerita
apapun ke aku, cerita kesulitan
kamu, apa aja deh, itu kalo kamu
anggap aku sebagai cowok kamu!" "Selama ini aku udah banyak
ngerepotin kamu, aku nggak
enak Vin! Aku juga tahu
sebenarnya aku nggak pantas
jadi pacar kamu, bisa jadian sama
kamu aja aku udah bersyukur! Walaupun misalnya yang mereka
bilang itu benar …. aku ikhlas! yang penting selama kamu masih
butuh aku, aku akan tetap ada
bersama kamu..." Sivia terus
berceloteh, membuat gue
spontan memeluknya. "Kamu ngomong apa sih? Kamu
percaya sama omongan mereka
itu?" Gue sedih mendengar
perkataannya. Ternyata Sivia
menganggap selama ini gue nggak
benar-benar cinta padanya. Oke, awalnya memang iya, ternyata ia
sadar, tapi...apa harus gue
jelaskan? Gue menghela nafas. "Aku suka, cinta, sayang sama
kamu Via! Seperti apapun kamu!
Awalnya aku emang cuma
penasaran dengan keunikan
kamu, tapi lama-lama... aku juga
nggak bisa nyangkal perasaan ini Vi!" Ungkap gue jujur.Gue
melepaskan pelukan dan menatap
matanya dalam, "Aku serius udah jatuh cinta sama
kamu! Sekarang tolong jangan
berlagak kayak orang lain lagi
denganku! Aku ini cowok kamu
dan selalu anggap kamu sebagai
cewek aku! Kalau ada kejadian kayak gini kamu harus cerita,
tentu aja aku nggak akan
ngerasa direpotin, aku justru
bakal merasa dihargai!"Sivia
akhirnya menumpahkan air mata
yang selama ini betah menggenangi bola matanya. "Aku kira selama ini kamu...kamu … kamu beneran nggak suka sama
aku! Kamu..."Ia seperti tidak
menyangka.Gue nggak menyangka
dia menyadari niat awal gue.
Bahkan selama ini walau dia
menganggap gue nggak serius menyukainya, dia tetap berbaik
hati sama gue. Dia bahkan ikhlas
kalaupun benar-benar gue
manfaatin.
                              ***
"Kamu kenapa nembak aku kalau
yakin aku nggak cinta sama
kamu?" Tanya gue suatu hari
waktu kami makan berdua di
kafe. "Aku cuma pingin jadi sebuah
nama yang tercatat di hidup
kamu, di kenangan, dan dihatimu.
Walaupun … misalnya menurut kamu aku nggak berharga,
setidaknya aku pernah mengisi
dan bermanfaat di hidup kamu!"
Begitu alasannya. Sivia, apa sih
yang ada di pikirannya. Gue heran
ada aja cewek kayak gini. "Tapi … aku seneng banget ternyata kamu sekarang suka
beneran sama aku!" ucap Sivia "Aku suka brownies, suka sama
warna biru, suka sama film horor,
suka usil!"Gue mencoba
menyadarkannya arti 'suka'. "Oke, sayang!" Ralatnya. "Aku sayang sama piaraanku, si
Pussy, aku sayang sama adikku,
aku sayang sama adik sepupuku,
aku sayang sama anak
tetanggaku!" Gue kesal dia belum
menjumpai kata yang tepat. "Iya iya! Cinta!" Sivia akhirnya
sadar. "Nah gitu dong!" Gue tersenyum
mencomot pangsit udangnya. Dia
menepuk tangan usil gue. "Ngomong-ngomong, thanks ya
softlensnya!" Sivia tersenyum
senang, menunjukkan kotak yang
gue belikan untuknya.
“Ya, jangan lupa dipake ya.. Kan kalo pake itu kamu makin keliatan
cantiknya .. “ kata gue sambil mengedipkan mata dan
memberikan senyum termanis “Iyaa.. cintaaaaa ! Jawab Sivia sambil tersenyum senang.

                                                  -THE END-

Kamis, 21 April 2011

ganesha visit, love is coming *cerpen rify*

Hai. Kenalin, nama gue Alyssa
Saufika Umari. Teman2 gue
biasanya panggil gue Ify. Kata
orang2 gue itu cantik, suara
bagus, jago main piano, juga
pintar. Kata orang ya, bukan kataku. Padahal menurut gue,
masih ada yang lebih cantik,
pintar daripada gue. Gue kelas
X-1 di SMA Ganesha. Gue baru aja
masuk SMA 3 bulan yang lalu. Oh
ya, gue terpilih buat jadi panitia acara sekolah. Ganesha Visite.
Acara itu untuk memperkenalkan
sekolah gue (walaupun menurut
gue sih udah cukup terkenal), ke
anak2 SMP yang mungkin bingung
mau masuk SMA mana. Tugas gue di situ adalah sebagai mentor
yang akan mengajak anak2 SMP
itu berkeliling sekolah gue yang
tercinta ini. Hmm, nggak sabar
gue nunggu hari di mana, gue
bakal bangga banget pake seragam SMA Ganesha ini. “Misi non, ini satenya.” Ucap penjual sate “Makasih pak” ucap gue dan langsung melahap 10
tusuk sate dengan cepat. Gue
emang laper banget. Tadi pagi
gue nggak sempat sarapan. Gue
menatap jam di tangan gue. “HAH? JAM SETENGAH 4?” teriak gue yang cukup membuat heboh seisi kantin.
Tanpa gue perduliin tatapan2
buat gue, langsung aja gue bayar
tuh sate dan berlari menuju
ruang serbaguna, tempat di mana
kita rapat. Yeah, rapat. Rapat panitia Ganesha Visite (GV).
Sebenarnya rapatnya sih jam 3,
tapi gue nggak nyangka kalo gue
bisa telat begini. Sesampainya di
depan ruang serbaguna, gue
langsung mengetuk pintu. “Maaf ka telat.” “Ya udah nggak apa2. Ayo duduk.” Ucap senior gue sambil tersenyum. Gue
celingak-celinguk dan gue nemuin
teman2 gue. Ada Obiet, Ray,
Debo, Zahra, Zeva, Via, sama
Angel. Hmm, teman baik gue si
Oik & Agni emang nggak lolos buat seleksi.
“Selamat sore semuanya, maaf gue minta waktu kalian semua
sebentar. Kenalin, gue Shilla. Gue
kelas XI, selaku ketua acara. Gue
akan ngejelasin beberapa
langkah2 dan peraturan apa
yang harus kalian taati.” Ujar senior yang tadi mempersilahkan
gue duduk. “Kalian di sini akan memperkenalkan sekolah kita ini
buat anak2 SMP yang akan
datang. Tugas kalian Cuma sehari
doank kok. Oh ya, kalian harus
ramah, dan nggak boleh
menjelek-jelekkan nama sekolah lain. 1 tim itu terdiri dari 9 anak
SMP dan 2 orang mentor, yaitu
kalian. DI mana, 2 mentor ini, ada
yang kelas X dan ada yang kelas
XI. Mentornya juga sepasang.
Nggak ada yang cewek-cewek maupun cowok2. Gue baca aja
yah, pasangan kalian nanti.
Sivia – Alvin Zahra – Iel .....
Alyssa – Mario. Gue kasih kalian waktu buat
saling ngobrol supaya kenal satu
sama yang lainnya.” Gue ngerasa paling nggak
beruntung. Via dapat ka Alvin
yang merupakan ketua Osis,
Zahra dapat ka Iel yang kapten
tim basket, sedangkan gue?
Kayaknya nama Mario itu bahkan nggak pernah gue dengar. Gue
aja baru tau kalo ada yang
namanya Mario di sekolah gue ini.
“Alyssa?” tanya seorang cowok yang menepuk bahu gue
“I..iya.” “Kenalin, gue Mario. Panggil aja gue Rio” ucap cowok di depan gue sambil tersenyum manis.
Okay. Harus gue akuin, dia emang
nggak se-cool ka Alvin, nggak se-
cakep ka Iel, tapi dia cukup
ramah. Well, gue cukup terkesima
ngelihat dia senyum begitu. Maniiiis banget..Bikin jantung gue
deg-degan nggak jelas. Cukup?
Nggak..Gue sangat amat
terkesima.. “Hei..Helo...” ucap Rio dan melambai-lambaikan
tangannya di depan wajah gue
“Eh, maaf ka. Panggil aja gue Ify.” “Okay” ucapnya singkat dan masih tetap tersenyum. Tiba-tiba
kita berdua langsung diem2an
lagi. Nggak ada topik. Dan jujur,
gue adalah manusia yang paling
nggak suka kebisuan. Kalo kata
orang gue sih sukanya basa basi “Eh ka, tadi gue sempat baca, ntar waktu ke lab bio itu harus
ngejelasin secara singkat sistem
organ manusia ya?” “Iya” “Ka, lo udah dapat materi tentang itu kan?” “Udah sih. Kenapa emangnya?” “Lo aja deh ka, yang ngejelasin. Gue bagian ngejelasin ekskul-
ekskulnya aja deh. Ya ka.
Pleaseee...masa lo tega ngebiarin
gue hafalin begitu banyak sistem
organ manusia?” ucap gue dengan tampang memelas
“Hahaha...Iya, iya. Tapi gue juga nggak yakin sih bisa ngejelasin
dengan baik apa nggak. Soalnya
otak gue pas-pasan.” “Thank you bangeeeet yaaa kaaa....” Dan sekali lagi senyuman Ka Rio bikin gue melted. Rapat
hari itu pun selesai begitu saja,
diakhiri dengan pengumuman agar
kita ngumpul lagi setelah ujian
mid, buat simulasi. Walaupun
awalnya gue pengen banget dipasangin ka Alvin atau ka Iel,
tapi setidaknya ka Rio itu oke
juga. Keesokan harinya
GUE TELAAAT....Nggak pernah tuh
ada kata telat dalam sejarah
hidup gue. Ini semua gara2
semalaman gue kepikiran terus
wajah ka Rio. Setelah mandi dan ganti baju, gue segera
memberhentikan sebuah bajaj
yang kebetulan lewat dan
langsung ke sekolah. Untungnya
pagar belum ditutup sama pak....
(ups, sorry gue lupa nama satpamnya, maklumlah masih baru
di sini)
Gue langsung berlari-lari ke kelas.
Sesampainya gue di kelas, gue
langsung menghampiri Agni dan
Oik “Eh, bu Winda belum masuk?” tanya gue
“Sakit. Jadi dia nggak datang hari ini” jawab Agni. Gue senangnya minta ampun, secara
gue belum belajar sama sekali
buat kuis hari ini.
“Gimana fy, rapat kemarin?” tanya Oik. Gue langsung senyum2
lagi
“Yeee, nih anak ditanyain malah senyum2 gaje” ucap Agni dan menoyor kepala gue
“Hehehe. Menyenangkan bangeeeet. Pasangan gue
tampangnya manis gitu. Namanya
ka Rio. Hmm, gue sampai nggak
bisa tidur mikirin dia” “Jadi lo udah berpindah ke lain hati nih? Nggak suka lagi sama ka
Iel?” “Kalo ka Iel mah, gue Cuma sekedar ngefans doank...” “Rio? Rio siapa? Kok baru pernah dengar nama itu?” tanya Oik “Iya. Gue juga baru tau kalo ada yang namanya Rio. Ntar deh kalo
ketemu, baru gue tunjukin yang
mana” “Siiiiiiiip....” “eh, ke perpus yuk. Temenin gue nyari bahan buat PR geo kita” “Ya udah yuuuk...” kami bertiga pun berjalan ke perpustakaan
yang letaknya di lantai 2. Kami
bertiga mencari bahan2 buat PR
geo. Setelah mendapatkan buku2
yang cukup banyak, kami pun
memilih tempat yang agak pojokan. Gue sama Agni duduk
berhadapan. Oik duduk di sebelah
gue. Waktu gue duduk,
jedeeer....Gue nggak nyangka kalo
ada ka Rio tepat di belakang
Agni, dan itu artinya secara nggak langsung dia berhadapan
sama gue. Dia ngelihat sekilas ke
arah gue. Gue hanya tersenyum
dan ngomong ‘ ka’ tapi nggak ada suara. Dia pun tersenyum
dan langsung ngebales ’ hai’ walaupun nggak kedengaran juga
sama gue.
”Fy, lo senyum2 sama siapa sih?” tanya Agni penasaran.
“Cowok yang duduk tepat di belakang lo itu, yang namanya ka
Rio.” Seru gue berusaha sekecil mungkin dan nggak terdengar
sama ka rio ataupun teman2nya.
Agni dan Oik langsung melihat.
“Ooo..jadi itu yang namanya ka R...” belum selesai Oik ngomong, udah gue bekap mulutunya.
“Duuuh, ik kalo ngomong pelan2 donk. Jangan sampe dia
denger.” “ehehe..Maaf fy. Nggak sengaja. Gue Cuma mau bilang, mukanya
lucu juga. Senyumnya itu loh..” ucap Oik yang mengecilkan volume
suaranya
“Cieeee Ify..cinta bersemi di panitia nih yee” bisik Agni. Gue Cuma senyum2 aja. Gue nggak
tau apa muka gue cukup merah
apa nggak. Dan sialnya, gue jadi
nggak konsen ngerjain tugas geo,
gara2 gue ngeliatin ka Rio terus.
Gue juga selalu kepergok lagi ngeliatin ka Rio sama ka Cakka,
wakil ketua ekskul musik, yang
nampaknya teman baik ka Rio Teng...teng...teng..
Bel pulang pun
berbunyi. Gue senangnya minta
ampun. Otak gue udah mumet
banget. “Ik, Ni, makan yuuuk..Lapeeer guee..” “Halah, elu mah. Kapan sih nggak pernah laper??” sindir Agni. Gue hanya
cengengesan. Kalo kata anak2
sekelas kita bertiga tuh udah
kayak perangko. Soalnya kita
bertiga selalu bersama. Gue
masuk ke kantin. Celaingak celinguk nyari bangku yang
kosong dan lagi mikir mau makan
apa. “FY, pangeran hati lo tuh” bisik Oik. Gue mengerutkan kening, dan
menyapu pandangan gue ke seisi
kantin. Pandangan gue jatuh
pada sekelompok anak cowok
yang duduk nggak jauh dari
tempat kita berdiri dan lagi ngelihat ke arah kita. “Hai fy.” “Eh, hai kak.” “Mau makan?” “Iya nih ka.” “Gabung aja sama kita.” “Heh? Eh, nggak usah ka. nggak mau ganggu. Kita
duduk di sana aja.” Tolak gue sambil menunjuk ke salah satu
sudut kantin. “Oh ya udah kalo gitu” “Duluan ya kak.” “Iya..” “Ciiieeee..” gue sempat mendengar teriakan dari
teman2nya ka Rio. Okay, gue
nggak boleh ke-GR-an. Agni dan
Oik udah senyum2 ngelihatin gue
yang mukanya mungkin bakal
mengalahkan tomat. 2 minggu kemudian..
Gue menatap cermin sekali lagi,
untuk memastikan kalo gue udah
rapi. Gue Hari ini adalah hari di
mana, gue sama ka Rio bakal jadi
mentor buat anak2 SMP. Maaf, selama 2 minggu kemarin, gue
nggak cerita apa2. Soalnya gue
sibuk banget. Gue bisa
menghabiskan lebih dari 12 jam di
sekolah, Cuma buat latihan. Dan
nggak tau kenapa, selama 2 minggu kemarin gue ketemu
terus ka Rio. Gue jalan ke mana
aja, pasti ketemu dia. Sampai2
Agni sama Oik udah enek banget
ngelihat ka Rio. Gimana nggak,
bisa lebih dari 3x sehari, gue ketemu ka Rio. Seolah-olah
sekolah kita tuh Cuma sepetak
aja. Tapi bagi gue itu adalah
anugerah terindah supaya bisa
ngelihat tampang ka Rio.
Rasa2nya GUE JATUH CINTA sama ka Rio..Aah lupakan. Gue langsung
ngambil tas gue, dan turun ke
ruang makan. “Pagi ma, pagi pa,pagi kak”“Udah sembuh sayang?”tanya mamaku khawatir. Ups, karena gue terlalu
semangat, gue lupa kalo semalam
gue demam tinggi “Udah ma.” Ka Dea yang nggak percaya pun
meletakkan tangannya di pipiku. “Ifyy,, lo tuh masih panas. Lo kenapa maksai diri
sih?” “Ify, papa izinin kamu aja ya..” “Eh, jangan pa. Serius aku nggak apa2. Nggak
enak ma, pa, ka, masa aku minta
gantiin gitu aja. Cuma hari ini
doank kok...yayayay?” gue pun pasang wajah memelas
“Ya udah kalo gitu.” Ujar papa Ify “Pa, aku berangkat sama papa ya?” pintaku sambil menunjukkan wajah memohon. “Iya2. Udah cepet abisin sarapan kamu” Gue pun tersenyum dan segera melahap
sarapanku. Ka Dea adalah
kakakku satu2nya. Dia udah
kuliah tingkat 2. Emang sih umur
kita berdua emang jauh, tapi kita
berdua akur banget, suka curhat2an dsb. Pacarnya ka Dea
namanya ka Septian. Mereka
berdua tuh udah kenal sejak SMP.
Tapi pacarannya baru pas masuk
kuliah. “Ayo fy berangkat..”“Da mama,..da kakakku...” Gue pun mengekori papa masuk ke mobilnya. Mama
dan kakakkku hanya bisa
menggeleng melihat kelakuanku. @Sekolah.
Gue langsung masuk
ke aula, dan mencari ka Rio. Kita
berdua pun mulai mengobrol dari
hal GV sampai hal2 yang nggak
penting. Misalnya ngomongin guru. *Ketahuan penulis suka kayak
gitu*
Tak terasa, anak2
SMP pun semuanya sudah
berkumpul. Gue sama ka Rio pun
langsung memulai aksi (emangnya pahlawan bertopeng) untuk
memperkenalkan SMA Ganesha.
Kita berkeliling dari lantai 1, ke
lantai 2, lantai 3. Untungnya hobi
gue adalah ngomong, jadi gue
nggak ngerasa cape cerita tentang SMA ini, mulai dari
ekskul2, maupun guru2 atau
senior2 yang baik. Gue sempat
ngelirik ke arah ka Rio yang
tersenyum tipis melihat gue
begitu bersemangat. Biarkan. Inilah gue yang sebenarnya.
Sesampainya di lab bio, gue
menoel ka Rio memberi isyarat
agar dia yang menjelaskan semua
tentang sistem organ manusia. “Oke, semuanya. Di sini ada penampang jantung. Ini
adalah sistem peredaran darah.
Jantung dibagi 4 ruang, atrium
kiri dan kanan, serta ventrikel
kiri dan kanan. Darah yang dari
seluruh tubuh akan masuk ke atrium, kemudian dibawa ke
ventrikel. Bla...bla...bla...” “Selanjutnya, ini sistem pencernaan manusia, di
mana, makanan yang masuk akan
sampai di lambung,
dicerna...bla...bla..bla....” Setelah selesai dia menjelaskan semuanya,
gue cengo. Kayak gini yang dia
bilang nggak bisa? Ini mah perfect
abis. Gue yang nggak ngerti apa2
langsung ngerti dengerin dia
ngomong. Gue ngelihat tampang2 anak SMP yang diajarin juga
pasang muka ngerti. “Hei fy. Ayo ke ruang berikutnya.” Gue langsung tersadar dan mengangguk “Ayo semuanya, kita jalan2 lagi” komando gue buat anak2 SMP itu. Setelah berjalan-
jalan, dan berkeliling-keliling
ruang ekskul masing2, sampai
juga di ruang ekskul musik. “Ka, kok lama banget sih?” tanya seorang anak. Gue hanya tersenyum tipis. “Ka, emang yang mau promosiin siapa kak?” “Hmm, wakil ketua ekskul musik. Namanya Ka Cakka.
Tapi gue juga nggak tau di mana
orangnya” “Emang kenapa nggak ketuanya aja sih ka?” “Ketuanya siapa kak?” “Cowok atau cewek kak?” Gue menggigit bibir bawah. Jujur, gue juga nggak tau siapa
ketua ekskulnya. Masalahnya,
dulu waktu ospek, ketua
ekskulnya nggak ada, jadi nggak
dikenalin. Yang dikenalin Cuma
wakilnya. Tapi masa iya gue harus bilang, ‘ Gue nggak tau.’ . Bisa hancur reputasi gue sebagai
mentor GV ini. “Oh..itu...” “Gue ketuanya. Maaf ya nunggu lama, gue tadi
hubungin Ka Cakka dulu. Tapi
ternyata dia lagi istirahat
bentar.” Gue cengo. Gue sama sekali nggak tau kalo ka Rio
adalah ketua ekskul musik. Gue
pikir dia salah satu anak culun
yang ada di sekolah gue.
Ternyata gue salah. “Inilah ekskul musik SMA Ganesha. Gue mau unjuk
bakat aja deh. Ada yang mau
request lagu nggak?” “D’ massiv – apa salahku” celetukku membuat semua langsung menatapku “Eh, eh..itu..kalo..”“Setujuuu...”ujar lainnya. Gue menarik nafas lega.
Ka Rio pun tersenyum, mengambil
salah satu gitar yang ada dan
mulai dimainkan. apa salahku kau buat begini
kau tarik ulur hatiku hingga sakit
yang kurasa
apa memang ini yang kamu
inginkan
tak ada sedikitpun niat tuk serius kepadaku
katakan yang sebenarnyajangan
mau tak mau seperti ini akhirnya kini aku mengerti
apa yang ada di pikiranmu slama
ini
kau hanya ingin permainkan
perasaankutak ada hati tak ada
cinta apa memang ini yang kamu
inginkan
tak ada sedikitpun niat tuk serius
kepadaku
katakan yang sebenarnyajangan
mau tak mau seperti ini akhirnya kini aku mengerti
apa yang ada di pikiranmu slama
ini
kau hanya ingin permainkan
perasaankutak ada hati tak ada
cinta akhirnya kini aku mengerti
apa yang ada di pikiranmu slama
ini
kau hanya ingin permainkan
perasaankutak ada hati tak ada
cinta akhirnya kini aku mengerti
apa yang ada di pikiranmu slama
ini
kau hanya ingin permainkan
perasaankutak ada hati tak ada
cinta Hening....kemudian riuh dengan
tepuk tangan. Hari ini harus gue
akuin, ka Rio berhasil bikin gue
cengo berkali-kali. “Lagi kaaa.....” pinta anak2 SMP itu. Sebenarnya gue
juga pengen dengerin lagi “aduuuh, maaf ya. Cuma bisa sekali aja. Kalau mau
denger lagi, masuk aja SMA
Ganesha. Pasti kalian bakal bosen
dengerin gue atau ka Cakka
main.” Promosi ka Rio “Ya udah, yuk jalan, balik ke aula.” Anak2 SMP itu pun berjalan melewati
gue. Gue masih terpaku di
tempat. Gue nggak tau harus
ngasih nilai berapa buat ka Rio.
Udah cakep, pintar, jago nyanyi +
main musik lagi. “Ify, Ify. Ngapain masih di sini?” tanya ka Rio “Eh itu...” gue langsung tersadar dari lamunan “Ckck..Kebiasaan banget sih bengong. Yuk jalan” sahut Ka Rio dan langsung
menggandeng tanganku. Gue
speechless. Baru beberapa
langkah, dia langsung berbalik ke
arah gue, bikin gue tambah
histeris ngelihat kegantengannya “Lo sakit ya fy?” tanya ka Rio lembut “Gue nggak apa2.” Ka Rio berjalan mendekat ke arah
gue. Dia langsung meletakkan
tangannya di pipi gue. Gue diam.
Gue Cuma berharap dia nggak
dengar detak jantung gue yang
semakin cepat. Gilaaa...ka Rio sukses bikin gue jantungan hari
ini. Sepertinya wajah gue udah
memerah. Yang pasti gue nggak
berani natap matanya, takut kalo
gue langsung pingsan, nggak kuat
iman gue. “Gila...Ini panas banget fy” Kata ka Rio “Gue anterin ke UKS ya” “Nggak usah kak.” “Nggak. Lagian nih acara juga udah selesai. Ntar kalo
lo mau pulang, sms aja gue, atau
cari gue. Gue anterin lo pulang.” Tanpa ba-bi-bu lagi, dia langsung
narik tangan gue ke arah UKS.
Jantung gue berdegup cepat. “Ciieeeee, ka Rio sama ka Ify...” gue noleh, dan betapa kagetnya gue ketika tau
masih ada anak2 SMP di dekat
kita berdua. Ka Rio Cuma bisa
garuk2 belakang kepalanya yang
sepertinya nggak gatal sama
sekali. “Cieee, Rio mantep bener nih. Gue dukung lo, sob” celetuk seseorang, yang
ternyata adalah ka Cakka, teman
baik ka Rio. Huaaa.....Hari ini
benar2 bikin gue frustasi.
‘ Tenang Ify, tenang. Lo nggak boleh keGRan’ batin gue. Ka Rio benar2 cuek sama yang lain dan
langsung bawa gue ke UKS. @UKS
Udah hampir sejam
gue tidur2an di sini. Rencanannya
sih istirahat, tapi tetap aja.
Kejadian tadi cukup bikin gue
jantungan, dan ganggu banget pikiran gue...Aaargh....sebeeel... ‘ Kira2 rapatnya udah selesai belom ya’ batin gue. Setelah acara GV selesai, emang
ada rapat panitia. Tapi gue nggak
ikut karena dipaksa ka Rio buat
istirahat di UKS. STOOP...Gue nggak
mau ngomongin lagi ka Rio, yang
ada gue bisa mati muda gara2 dia. Gue ngambil HP gue, dan
mengirimkan pesan singkat buat
ka Rio. Tapi pending. Gue telpon
pun nggak aktif. Akhirnya gue
putusin nyari dia di ruang
serbaguna, tempat kita rapat kemarin. Gue celingak-celinguk,
nampaknya udah sepi “Ka Shilla.” Panggil gue ketika ngelihat sosok yang
gue kenal masih beres2 “Eh, hai fy. Udah baikan?” “Lumayan. Ka, ngeliat ka Rio nggak?” “Hmm, kalo nggak salah sih tadi dia ke taman
belakang.” “Siiip..Thanks ya kak.” Gue pun berjalan ke taman belakang. Gue ngelihat ka Rio,
tapi dengan seseorang. Oik? “Ini bunga buat lo” “Thanks ya kak” “Hmm, gue..gue suka sama lo. Lo mau nggak jadi pacar
gue?” “Iya gue mau..” “Waaaah, thanks ya Ik...” Sekali lagi ka Rio berhasil bikin gue cengo. Tak ku
sangka air mata gue pun ngalir
gitu aja. Gue sebeeeeeel....sebel
sama siapa? Sama Oik? Sama Ka
Rio? Nggak..Gue sebel sama diri
gue sendiri. Gue mundur perlahan-lahan, supaya nggak
ganggu. Namun sayang, sebuah
botol aqua nggak sengaja gue
tendang. “Ify?” “Eh maaf, udah ganggu. Selamat ya.” Ucap gue buat si Oik sama ka Rio “Tadi gue nyari elu kak. Katanya lo mau
nganterin gue pulang. Tapi nggak
jadi deh. Lo anterin Oik aja. Gue
pulang naik taksi.” “Fy, dengerin gue dulu” ujar ka Rio menahan tangan gue “Aduh ka, gue lagi nggak enak badan nih. Gue pulang
ya...ntar kalo mau cerita besok-
besok aja. Okay? Bye...moga
bahagia ya” Gue pun berlari ke halte dekat sekolah. Karena udah
malam, nampaknya taksi atau
bajaj pun enggan untuk lewat.
Gue pun putusin buat pulang,
jalan kaki aja. Toh juga nggak
nyampe sekilo. Namun sekali lagi, dewi fortune lagi nggak berpihak
ke gue, Hujan deras langsung
turun. Gue pun akhirnya Cuma
bisa duduk di halte. “Ify begooooooo....Lo sih ke-PD-an. Lo salah paham kan.
Ka Rio tuh sukanya sama sahabat
lo, Oik bukan elo...aaargh....” teriak gue dan mulai menangis.
Nggak ada yang boleh ngelihat
gue nangis. Gue pun memutuskan
untuk pulang ke rumah jalan kaki,
walaupun gue harus kehujanan.
Gue sengaja, supaya gue bisa nangis sepuasnya tanpa ada yang
tau. Baru beberapa meter gue
berjalan, gue ngerasa nggak ada
hujan yang membasahi tubuh gue
lagi. Gue ngelihat ke atas.
Ternyata sebuah payung besar sedang ngelindungin gue. Gue
ngelihat orang yang memegang
payung itu. Gue hanya tersenyum “IFY LO GILA APA? LO TUH LAGI SAKIT. NGAPAIN LO
UJAN2AN BEGINI” bentak orang itu “APA PEDULI LO. LO BUKAN SIAPA2 GUE..” teriak gue. Gini2 gue orang yang nggak mau kalah.
“IYA. GUE EMANG BUKAN SIAPA2 LO. TAPI GUE NGGAK MAU NGELIHAT
ORANG YANG GUE SAYANG SAKIT
KARENA UJAN2AN GINI” gue udah membuka mulut buat
ngebalesnya. Tapi langsung gue
tutup lagi
“Apa sih maksud lo? Lo kan udah punya Oik?” tanya gue dengan suara yang bergetar hebat.
“Itu...itu...itu..tadi Cuma latihan...Gue minta Oik seolah-olah
jadi lo. Gue mau nyoba romantis
kayak yang disaranin cakka,
makanya gue beli bunga. Tapi
ternyata lo maen kabur aja tadi.
Makanya gue lupa bawa tuh bunga. Sekarang gue malah Cuma
bawa payungnya pak Satyo” katanya sambil garuk2 kepalanya
yang nggak gatal. Gue terkekeh
ngelihat sikapnya yang seperti
itu. Gue ngelihat ka Rio mendesah
pelan. Tangan kirinya masih
memegang payung, tapi tangan kanannya megang pipi gue
“Gue sayang sama lo fy. Cuma lo yang bisa bikin gue seneng +
panik di saat yang bersamaan.
Cuma lo yang bisa bikin jantung
gue nggak karuan tiap kali
ngelihat senyum lo. Lo mau
nggak,,mmph..nggak jadi deh..” Gue langsung manyun
“Hahaha...jangan manyun dong. Jelek tau. Lo mau nggak jadi
cewek gue?” “Iya gue mau” “Thanks ya fy...” ucap ka Rio. “Ayo, gue anterin pulang.” Ujar ka Rio dan langsung
menggandeng tanganku. Hhh...Inilah cerita gue..Gue sukses
jadi panitia, dan gue
dapat...ehm...cowok yang baik
banget, ka Rio....

                                               -THE END-

enemy or love *cerpen rify*

Seorang anak perempuan
memasuki kelas 11A dengan muka
dilipat-lipat "Buset, muka loe belum
disetrika ?" tanya teman
sebangkunya "Ih Zeva ngeledek, awas lu ya"
ancam anak itu "haha .. peace Fy" ujar Zevana "emang ada apaan si ?" lanjut
Zevana "itutuh, si kakak kelas
terNYEBELIN di dunia tadi nabrak
gue, pake ngoceh segala lagi"
jawab anak perempuan itu,
namanya Alyssa Saufika Umari
dan akrab dipanggil Ify "wes, udah 2 bulan lo berantem
sama dia ? emang lo gak ada feel
ke dia ?" goda Zevana "what ? sama dia ? ogah gue !!"
kata Ify sebel "nanti kaya Sivia sama Gabriel
lho" celetuk Shilla "igh, kok gak ada yang dukung
gue si ?" tanya Ify "ada kok" ujar Zevana "Siapa ?" tanya Ify Zevana dan
Shilla bertatapan "RIO !!" canda Shilla dan Zevana
sambil berlari ke luar kelas "yah, gak SK banget" keluh Ify
pasrah
                               ***
"Kring..Kring..Kring" Suara paling
menyebalkan yang pernah Ify
dengar, tapi nggak begitu dia
pikirkan, karena.. WAKTUNYA
ISTIRAHAT !!! "Zev, Shill ayo ah.. lelet banget"
gerutu Ify "igh lu mah, gak tau orang lagi
belajar aja" ujar Shilla "terus gue sama siapa ?" tanya
Ify "Rio !!" seru Zevana sambil ketawa
kecil "ah ogah, mending gue sendirian
aja" kata Ify "jangan ngomong ogah eh, ntar lu
di cari pak ogah lagi" canda Shilla Ify pun berjalan tanpa arah, dia
memikirkan sesuatu "eh iya !! Rio kan kakaknya
Zevana.. tapi kenapa kayknya
Zevana santai aja ya pas gue
jelek-jelekin Rio ?" gumamnya
pelan "Brukk" "RIO !!! loe nabrak gue lagii !!" triak
Ify membuat suasana hening
sejenak, semua siswa menatap
heran mereka "loe tuh, kalau jalan jangan
ngelamun !!" tegur Rio "idih, lagian mau ngapaiin juga loe
ke kelas gue ?" tanya Ify ketus "minta duit ma adek gue
puas ??!!" bentak Rio "dasar" celetuk Ify kesal Dia pun
berlari kecil menuju kantin
                                    ***
"udah istirahat sendiri, jatoh,
ketemu si Rio jelek itu lagi"
gerutu Ify sambil mengaduk-aduk
jus alpukatnya "hei, gabung ya" ujar
seseorang Ify menoleh "OMG, Artis sekolah.. heh Ify
sadar, dia udah punya pacar"
batin Ify "hellow, jangan bengong dong"
tutur seorang cowok sambil
melambaikan tangannya ke depan
wajah Ify "eh, eh iya kak Gabriel" ujar Ify
gelagapan "kamu kenapa si ?" tanya Gabriel
lembut "itutuh, si MARIO STEVANO ADITYA
HALING bisanya bikin aku kesel
kak" jawab Ify, kemarahannya
kembali lagi "Enemy nih ceritanya ?" tanya
Gabriel Ify mengangguk sebal "ehm, tapi nanti jadi bisa jadi
'Cinta' lho" tutur Gabriel "hah ? Cinta ? males banget gue"
elak Ify "jangan bilang males, nanti sama
lagi kaya aku" ujar Gabriel "hehehe .. ngomong-ngomong kak
Via mana ?" tanya Ify "oh, dia lagi sakit. ya udah ya,
kakak mau ke ruang OSIS dulu ..
dagh" pamit Gabriel dan berlari
menuju ruang OSIS Ify memandang
Gabriel yang semakin menjauh Ify menarik nafas panjang Dia
bergegas untuk kembali ke kelas
karena sebentar lagi pelajaran
Olah Raga dan dia harus ganti
baju Ify berjalan pelan di koridor
sekolah Semua menatap dia sinis "igh, anak-anak aneh" gerutunya
di dalam hati Setibanya di kelas, terlihat wajah
Zevana dan Shilla cemas
memandang Ify "kalian kenapa sih ?" tanya Ify "loe harus ikut kita ke mading !!"
seru Shilla dan menarik paksa Ify
menuju mading Terlihat mading tengah ramai,
saat melihat Ify mereka langsung
menghindar dan menatap Ify sinis Di mading tertera tulisan Alyssa Saufika Umari anak kelas
10A yang bawel, ngeselin,
nyebelin, sewot, galak
dLL .. Jauhin dia !! jangan temenan
sama dia !! bisa sengsara lho, dia
kan PEMBAWA SIAL _RioKaptenBasket_ Ify meneteskan air matanya "Shill, ajak Ify ganti baju ya. gue
mau bkin perhitungan sama kak
Rio" bisik Zevana "jangan !! dia kakak loe Zev"
tegur Shilla "gue gak urus !!" gertak Zevana
menepis tangan Shilla yang
menahannya dan berlari menuju
kelas 12D
                                 ***
"Kak RIO !!!" triak Zevana Rio yang
lagi asik ngobrol bareng Alvin
terlonjak kaget Dia pun
menghampiri adik kesayangannya "keapa adekku sayang ?"
tanyanya dengan tampang tanpa
dosa "Plakk !!" 1 buah tampran
mendarat mulus di pipinya "loe jadi adek gak sopan banget
si !!" bentak Rio "elo tuh !! jangan pernah ganggu
SAHABAT aku !! kakak nih slalu aja
bkin gue kehilangan temen-temen
gue dari dulu !! yang pertama
Dea, gara-gara kakak nyakitin
hatinya dia pindah, yang kedua Keke, gara-gara pacaran sama
kakak dia sampe dibunuh sama
Nova yang suka sama kakak !!"
triak Zevana keras, cukup untuk
mencuri perhatian anak-
anak.. jelas saja, adek kakak yang biasanya rukun ini tiba-tiba
bisa bertengkar "CUKUP !!" triak Gabriel Semuanya
menoleh "ada apa ini ?" tanya Iel bijak "dia udah bikin Ify nangis !!" triak
Zevana emosi Gabriel menatap
Rio "loe dihukum .. !! sekarang juga
loe ajarin anak-anak kelas 11A
olah raga karena gurunya lagi
pergi ..!!" seru Gabriel Rio pun
pasrah, Zevana langsung
meninggalkan segerombolan orang di depan kelas 12D
                                        ***
"Fy, loe gpp kan ?" tanya
Shilla Ify mengangguk pelan "Ify !! ahaha :D kakak gue udah
dihuukum sama kak Iel" seru
Zevana senang Ify tersenyum kembali "apa hukumannya ?" tanya Ify
penasaran "ngajarin kita olah raga" jawab
Zevana "gimana kalau kita kerjaiin aja ?"
usul Shilla "tapi gimana caranya ?" tanya
Ify "hm, pasti kak Rio ngajarin kita
maen basket.. nanti kita lempar
aja tuh bola ke kak Rio" jawab
Shilla "Setuju banget gue" seru
Zevana "haha .. ada aja ya adek sebel
sama kakak sendiri" celetuk Ify "yaiya dong" ujar Zevana Shilla
dan Ify pun tertawa
                                         ***
"siang semua, sekarang lansgung
kak Rio bagi kelompok..yang
cowok maen bola disana ada kak
Alvin .. yang cewek maen basket"
jelas Rio, yang cowok pun menuju
ke Alvin sedangkan yang cewek mengikuti Rio dari belakang "Di bagi 4 kelompok ya, kelompok
1. Ify, Shilla dan Zevana kelompok
2. bla bla bla" jelas Rio Kloter pertama pun maju ke
lapangan basket Musuh Ify, Shilla
dan Zevana adalah Angel, Agni
dan Oik "MULAI !!" seru Rio Score sementara 4-9 kelompok
Angel unggul namun kelompok Ify
tidak mau kalah Score pun 11-9, kelompok Ify
memimpin sekarang Pertandingan semakin sengit
dengan score 15-15 Shilla berkedip ke arah Ify Ify
segera merampas bola dari Oik,
dia baru saja ingin melemparnya
ke arah Rio, namun dengan
sengaja Angel menyikutnya keras
hingga terjatuh ke tanah Darah segar keluar dari lututnya "Ify !!" triak Zevana dan Shilla,
reflek Rio pun menghampiri Ify "ayo ke UKS" ajak Rio "igh, kak Rio gimana si ?kakinya
sakit juga disuru jalan" gerutu
Zevana "gendong aja kak" usul Shilla "igh, ogah gue" tolak Ify Namun
Rio tidak mempedulikan omongan
Ify Dia langsung menggendong Ify "SS" ujar Zevana "apaan tuh ?" tanya Shilla "So Sweat" jawab Zevana "haha .. sahabat loe calon kakak
ipar loe" celetuk Shilla "amin" ujar Zevana mengamini
                                             ***
Ify terus memandangi wajah Rio "ganteng juga ternyata"
pikirnya Rio yang sadar kalau dari
tadi di liain Ify pun agak bingung "ngapaiin loe ngeliatin gue ?
naksir ya ?" tanya Rio ke PDan "PD abis loe" jawab Ify membuang
muka Rio hanya tersenyum Mereka pun sampai di UKS "mana sih petugasnya ?" gerutu
Rio "gue aja kak, gue calon dokter
kecil kok" saran Shilla "ah, jangan deh.. ntar tambah
parah lagi" elak Rio Zevana dan
Ify langsung cengo "igh kok gitu banget si kalian
ngeliatin gue ?" tanya Rio Zevana
garuk-garuk kepala "tumben aja kak, biasanya kan
kalian itu ENEMY" jelas Zevana "Enemy or Love ?" goda
Shilla Muka Ify langsung merah "wuih !! Ify udah kaya tomat
mukanya" ledek Shilla "haha :D udah deh Shill, tingga
yuk" ajak Zevana, mereka pun
keluar dari UKS Selama Ify diobati mereka hanya
diam tanpa kata Kadang-kadang
saling pandang-pandangan Udang
nggak berantem lagi kaya kucing
sama tikus "haha" Ify tertawa memecahkan
keheningan Rio menggaruk
kepalanya yang tidak gatal "loe kenapa ?" tanya Rio "tumben juga ya, bener kata
Zevana dan Shilla.. biasanya kan
kita berantem terus" jawab
Ify Rio tersenyum tipis dan
kembali mengobati luka Ify
                                                     ***
1 bulan kemudian "Tok tok tok" "masuk" "kak Rio !! loe tau gak hari ini hari
apa ?" tanya Zevana "hari sabtu, emang kenapa ? mau
malem mingguan bareng lo dek ?"
jawab Rio "idih, kak Rio gak seru ah"
celetuk Zevana "emang ada apaan sih ?" tanya
Rio "psst..pst.." Zevana membisikan
sesuatu kepada Rio, Rio
tersenyum
                                               ***
Ify memandang bintang-
bintang yang bertaburan di
malam hari melalui jendela
kamarnya.. benar-benar
pemandangan yang sangat indah "mah, Ify kangen mah" ujarnya
lirih, air matanya menetes
membasahi pipnya. Ify langsung
menghapusnya Dia terus berdiri di dekat jendela Di malam yang sesunyi ini Aku
sendiri Tiada yang menemani
Akhirnya kini kusadari Dia telah
pergi Tinggalkan diriku Adakah semua kan terulang Kisah
hidupku yang seperti dulu Hanya
dirimu yang kucinta dan
kukenang Di dalam hatiku Takkan
pernah hilang Bayangan dirimu
untuk selamanya Mengapa terjadi Kepada
dirimu Aku tak percaya kau telah
tiada Haruskah ku pergi
tinggalkan dunia Agar aku dapat
berjumpa denganmu Ify menyanyikan lagu itu,
suaranya sangat merdu Dia
bernyanyi di bawah cahaya bulan
dan bintang yang gemerlapan "Dret..Dret..Dret" Dia merogoh
saku celananya dan mengambil
Hpnya From :: Shilla ke taman kompleks dong To :: Shilla Ok Ify menyambar jaketnya dan
menaruh kembali Hpnya di saku
celananya Dia berlari kecil menuju taman
                                                            ***
"Mana sih anak-anak ?" tanyanya
pada dirinya sendiri Dia pun
berjalan menelusuri taman
kompleks yang lumayan luas Angin
dingin menyentuh bagian kulitnya
yang tidak tertutup oleh jaket Udara dingin menemaninya
mencari Shilla Tibalah dia di tengah-tengah
taman, di sana ada sebuah air
mancur yang lumayan besar "Happy B'day Ify.. Happy B'day Ify"
lantun Shilla dan Zevana Ify
terlonjak kaget, namun akhirnya
dia tesenyum Shilla dan Zevana
terus bernyanyi sambil menuntun
Ify ke sebuah bangku Di sana terlihat Rio yangs sedang
berdiri membawa kue tar
ditemani dengan lilin-lilin yang
menyala di sekitar mereka "Tiup dong Fy" pinta Rio Ify
mengangguk dan meniup
lilinnya baru 16 lilin yang dia tiup,
kurang satu "Ayo Fy, nanti keburu ketiup
angin lho" saran Shilla Ify pun
meniup lilinnya dan tak lupa make
a wish sebelum menium lilin-lilinnya
tadi Zevana dan Shilla membrikan
kado ke Ify Ify menatap Rio
bingung Rio menghela nafas panjang "Fy, gue punya kado yang lebih
bagus buat loe, tapi gue gak tau
apa loe suka ?" ujar Rio pelan
dan lembut Zevana dan Shilla
bersembunyi di balik pohon, Shilla
dan Zevana mengambil biola mereka dan mulai memainkan
sebuah musik yang sangat indah Rio memegang kedua tangan Ify "Gue suka sama loe sejak
kejadiaan di lapangan basket
waktu lo jatuh, gue ngerasa
nyaman banget sama loe. gue
harap loe bisa membalas semua
ini" ucap Rio sambil diiringi alunan musik yang indah dari biola
Zevana dan Shilla "Do you want to be my
girlfriend ?" tanya Rio Ify berfikir
sejenak Rio memberikan Ify kertas karton
berbentuk hati "kalau loe terima gue, ambil hati
ini. kalau nggak robek aja" ujar
Rio tanpa basa-basi Ify langsung
mengambil hati itu dan
merobeknya Rio sangat terpukul dan terlihat
kecewa "Rio, gue cuman mau hati loe"
ujar Ify Rio memandangnya bingung Ify
mengangguk, Rio pun
memeluknya "ENEMY or LOVE !!" triak Zevana,
Shilla, Alvin, Gabriel dan Sivia

- THE END -

Rabu, 20 April 2011

my december *cerpen rify*

1 Desember 2010 Lelah. Hari ini sangat lelah. Seperti
biasa kegiatanku sehari-hari.
Sekolah, belajar, dan nanti sore
akan les piano. Huh, selalu
membosankan. Tapi, mungkin
tidak juga. Karena, disekolah aku selalu bertemu teman-teman. Dan
yang paling aku senang, aku
bertemu sahabatku. Rio. Ialah
sahabat kecilku. Rumahnya juga
tak jauh dariku. Sudah lama aku
memendam rasa padanya. Tapi, aku tidak bisa mengatakan itu
semua. Aku tau, Rio memedam
rasa pada seseorang. Ashilla
Zahrantiara. Dia memang sangat
famous disekolah. Tak heran
banyak yang menyukai dia. Dia sangat cantik dan kaya raya.
Tapi sayang, ia 'agak' sombong.
Aku selalu tersenyum pahit jika
Rio bercerita tentang Shilla. Apa
ia tidak bisa menceritakan
tentang aku?! Tapi, aku harap, Desember tahun ini sebagai
Desember yang spesial untukku.
Entah apa yang terjadi padaku. *** 2 Desember 2010 Rio menghampiriku yang sedang
membaca buku di taman. "Ify!" panggilnya. "Rio? Ada apa? Kok kayaknya
kamu seneng banget," kataku,
tersenyum. "Iyalah aku seneng! Kamu tau
nggak? Shilla mau ngajak jalan
aku!! Ya ampun. Gimana coba aku
nggak seneng!" katanya. Mukaku
yang ceria berubah jadi agak
sedih. "Oh. Selamat ya," kataku,
berusaha untuk tersenyum. "Kamu kenapa? Kamu sakit?"
tanya Rio. "Nggak kok. Kapan kamu jalan
sama Shilla?" tanyaku. "Tanggal 3 Desember!" seru Rio. "Ohiya, tanggal 6 Desember kamu
kerumahku ya," kata ku. "Ngapain?" tanyanya. "Masa kamu lupa? Ulang tahunku,
Mario!" gerutuku. "Oh iya!" Rio menepok jidatnya. "Sip-siplah Ify," katanya
tersenyum. "Ya udah. Aku kekelas dulu ya,
kamu mau ikut?" kataku, sambil
berdiri. "Hm.... Ya udah deh" kata Rio. Aku
dan Rio pun kembali kekelas. *** 3 Desember 2010 Hari ini cerah tapi tak secerah
hatiku. Aku tau, hari ini, Rio akan
jalan mungkin nge date sama
Shilla. Bahkan bisa jadi hari
bahagia Rio. Aku berharap, hari ini
Rio batal jalan sama Shilla. Aku masih duduk di bangku kelasku. "Ify, aku pulang duluan yaaaa!"
kata Rio yang agak tergesa-gesa. "Kamu mau kemana?" tanyaku,
pura-pura tidak tahu. "Jalan sama Shilla. Nanti aku
ceritain deh! Daaaaah" katanya
yang agak berlari sambil
melambaikan tangannya. Aku
hanya tersenyum kecut dan
membalas lambaian tangannya. Aku menghela napas panjang dan
segera pergi keluar dari kelas. *** 4 Desember 2010 Rio mengajakku ke kantin. Nggak
biasanya Rio mengajak aku ke
kantin. Paling nggak jauh kalo
nggak ke perpus ya di taman.
Tapi, nggak tau kenapa Rio
ngajak aku ke kantin. Rio hanya senyam-senyum saja daritadi
sambil mengaduk jus jeruknya
dengan sedotan. "Kamu ke........" kata-kataku
terputus. "Rio!!!" panggil seseorang. Aku dan
Rio menoleh. Aku agak cengo. "Shilla! Sini duduk! Eh ajak juga
Angel!" kata Rio. Shilla tersenyum
manis pada Rio. Tapi tidak padaku.
Ia mengambil posisi disebelah Rio.
Dan ada sahabat Shilla juga,
Angel. Ia mengambil posisi duduk disebelahku. "Hai Rio!" sapa Shilla. "Hai Rio!" kata Angel. "Hai!" kata Rio tersenyum. "Oh iya, ini Ify. Sahabat gue," kata
Rio memperkenalkanku. 'Hah? Nggak salah? Sekarang,
"Gue Rio" ya bukan "Aku Rio" ?'
batinku. "Oh, gue Shilla dan ini Angel!"
katanya agak ketus. Shilla segan
tak segan untuk bersalaman
denganku. Aku hanya tersenyum
tipis. "Ify" kataku. "Oh iya, lo mau pesen apa?"
tanya Rio. "Hm, gue sama Angel mau pesen
jus termahal dan makanan
termahal dikantin sekolah ini!"
pinta Shilla. "Oh, oke gue pesenin ya. Ify, mau
nitip?" tanya Rio. Aku menggeleng.
Rio mengangguk dan segera
pergi. "Hahaha. Shilla.. Shilla.. Bisa juga lo
memperalat uang Rio. Tajir juga
tu anak. Hahaha. Apalagi kemarin
tuh, kita belanja apa aja dibeliin.
Dan, begonya lagi tu anak, dia
mau aja kita suruh bawa barang- barang kita. Hahaha..." tawa Angel
diikuti tawa Shilla. Mereka
menflashback sedikit kejadian
kemarin. >>FLASHABACK ON<< Kemarin, mereka jalan-jalan ke Pondok Indah Mall Jakarta. Asal ada baju bagus saja, Shilla dan Angel langsung mengambil baju yang mereka inginkan dan Rio mau-mau saja untuk membayarnya. Dan makan juga semuanya mahal, Rio yang membayarnya. "Rio, gue mau kalung itu..." kata Shilla dengan manja dan menunjuk ke sebuah toko emas dan ada sebuah kalung disana. Sungguh cantik. Rio tersenyum dan menuju ke toko emas itu. Shilla dan Angel bertatap muka. Mereka bercengo ria. Dan bertos ria pula. Mereka tertawa dan tersenyum. "Ini buat lo, Shil." kata Rio memberi kalung tersebut. "Makasih, Rio..... Ya ampun, lo baik banget!" kata Shilla, dengan manja. "Iya, sama-sama. Maaf Angel, gue...." "Nggak papa! Liat Shilla seneng gue udah seneng kok. Kalungnya bagus banget Shil, cantik banget di leher lo," kata Angel memegang liontin kalung Shilla. Shilla hanya tersenyum centil. "Pulang yuk!" kata Rio. Mereka pun akhirnya pulang. >>FLASHBACK OFF<< Aku shock. Bisa-bisanya Shilla dan
Angel memperalat kekayaan Rio.
Mereka hanya menyukai Rio
karena dompetnya aja yang
tebal. "Shil, gue rasa kita salah
ngomong! Kita salah tempat buat
bicarakan soal ini" kata Angel
melirik ku. "Heh Ify! Lo mau bilang sama Rio
kita cuma suka sama dia dari
kantongnya yang tebel?! Rio
nggak akan percaya sama lo!
Hahaha liat saja nanti!" kata
Shilla, mengancam. Aku hanya diam. Rio kembali. "Eh lo pada akrab banget sama
Ify," kata Rio. 'Hah? Akrab? Muke gile nih Rio.
Ngancem aku dibilang akrab?!'
batinku. "Hehe iya dong, Ify sayaaaang.
Kita kan udah anggep Ify kayak
sahabat sendiri. Ya kan FY?!"
tanya Shilla memelototi kearahku.
Aku hanya tersenyum tipis. Angel
merangkulku. "Iya dong, Ify kan baik.." kata
Angel. "Hehehe.." tawaku melengos. "Hahaha itu makanannya. Baru
dianter. Ayo makan!" kata Rio.
Mereka berdua pun memakannya.
Aku hanya larut dalam pikiranku. *** 5 Desember 2010 Aku mengajak Rio ke taman
dekat dengan rumahku dan Rio.
Aku memang senang bermain
disini bersama Rio. Melihat danau,
bunga-bunga indah. Dan kami,
suka berduduk-duduk di bawah pohon. "Ify, ngapain lo ajak gue kesini?"
tanya Rio. "Hm, gini Yo. Aku mau bilang soal
Shilla." jawabku. Aku memang ingin
mengatakannya semua tentang
Shilla pada Rio. "Shilla? Ada apa?" tanya Rio,
semangat. Aku menghela napas.
Aku menceritakan semua yang
Shilla dan Angel ceritakan
kemarin. "Halah! Lo ngada-ngada banget
sih, Fy?! Gue nggak percaya!"
kata Rio. "Kamu harus percaya, Yo!!"
kataku, meyakinkan. Rio bangkit.
Aku pun ikut bangkit. "NGGAK IFY! No no no! Shilla dan
Angel nggak kayak gitu. Shilla itu
baik! Dan ia layak jadi pacar gue.
Gue lagi berusaha dapetin dia. Lo
kenapa sih? Nggak suka banget
gue sama Shilla deket?!" bentak Rio. Aku sangat kaget mendengar
bentakan Rio. Mataku berkaca-
kaca. "Rio........tapi kamu..." kataku yang
sudah setengah menangis. "Nggak! Gue nggak mau denger
penjelasan lo lagi!!!!" bentak Rio
dan meninggalkanku begitu saja.
Aku masih terpaku. Sakit hati
rasanya. "RIO APA KAMU BESOK DATANG
KERUMAHKU????" teriakku.
Sepertinya Rio tak mendengar
dan ia tidak membalikkan badan
untuk melihatku. Aku terduduk
lemas direrumputan taman. "Apa karena Shilla kamu nggak
percaya lagi sama aku? Gimana
dengan persahabatan kita?"
tanyaku. Aku menatap lagit. Hari
mulai sore. Aku belum juga
bangkit untuk pulang. Aku masih menangis. Kenapa Rio berubah
begitu cepat. *** 6 Desember 2010 "Happy birthday to you.. Happy
birthday to you.. Happy birthday
happy birthday happy birthday..
Happy birthday Ify..." Nyanyian 'Happy Birthday'
membangunkanku dari tidurku. Ku
lihat, Kak Dea, kakakku
membawakan sebuah kue ulang
tahun, mama dan papa
membawakan kado untukku. Dan Bastian, adikku, membawa
terompet. Ia meniupkan terompet
itu. "Terimakasih Papa, Mama, Kak
Dea, Bastian.." kataku, tersenyum. "Selamat hari lahir ya, sayang!
Semoga terus menjadi kebanggan
papa dan mama," kata Mama,
memelukku.. "Selamat ulang tahun Ify.." kata
Papa. "Happy birthday, Ify. Jangan rese
lagi ya, adikku chuyuuukk!!" kata
Kak Dea mengacak-acak
rambutku. "Kakak tuh yang rese!" gerutuku. "Happy birthday kak Ify." kata
Bastian. "Makasih, Bas..." kataku,
tersenyum. "Rio nggak ada ya?" tanyaku. "Nggak, sayang. Mama lupa nelfon
dia," kata Mama. Aku hanya
melengos. "Udah sana mandi, ya! Kan
sekolah," kata Papa. "Iya.." @ SMA ANGKASA Aku mencari Rio dari lorong ke
lorong. Rio tidak ada. Ku cari ia
dikantin. "Oh ternyata sama Shilla.." kataku
saat melihat Rio bersama Shilla
berduaan. Senyum merekah
dibibir Rio. Sepertinya ia senang
bersama Shilla. Ku lihat, Shilla
memegang pipi Rio. Rio melihatku, dan ia agak melengos. Aku
menunduk dan pergi menuju
kekelas. *** 7 Desember 2010 Semua orang mengerubungi Rio
dan Shilla dikantin. Entah apa
yang terjadi pada mereka. Aku
harap.....ah bodoh! Aku tidak boleh
berfikir seperti itu. Ku lihat
keramaian disana. "Cieee Shilla.. Selamat ya!
Akhirnya.." kata Angel, tersenyum. "Cieee peje dong!" kata teman-
teman mereka. Rio dan Shilla
hanya tersenyum. "Hm, oke oke. Karena kemarin
gue sama Rio resmi jadian. Dan lo
pada baru tau hari ini, lo semua
bakal ditraktir Rio sebagai peje.
Ya kan, Yo?" tanya Shilla kepada
Rio. Rio hanya tersenyum dan mengangguk. "Yeaaaaaaaay!" mereka pun
berlari menuju tempat-tempat
makanan yang ada dikantin. Hatiku sakit mendengar
perkataan Shilla. Mereka resmi
jadian. 06122010. Hari ulang
tahunku. Ku kira hari itu akan
menjadi hari bahagia untukku.
Tapi tidak. Aku salah. Itu menjadi hari bahagia Rio bersama kekasih
barunya, Ashilla Zahrantiara. Aku
berlari menuju taman. Aku
menangis sejadi-jadinya disana. "Rio....segitu nggak percaya nya
kamu sama aku? Sekarang, apa
kita masih jadi sahabat?"
tanyaku, menangis. Mungkin tak
ada satu orang pun yang peduli.
Aku hanya larut dalam pikiranku. Mario Stevano Aditya Haling. *** 8 Desember 2010 Rio menemui ku di taman yang
biasa kita kunjungi. Tiga hari yang
lalu, aku dan Rio bertemu disini.
Dan hari ini, aku bertemu lagi
dengannya. "Ada apa?" tanyaku. "Lo masih mau anggep Shilla dan
Angel cewek matre? Shilla jadian
sama gue karena cuma mau uang
gue aja?" tanya Rio. "Rio, aku ngomong sesuai fakta
yang aku tau!" kataku. "Please, Fy! Lo cabut perkataan lo
tentang Shilla!" kata Rio, agak
membentak. Aku yang tadinya
berdiri direrumputan pun bangkit
berdiri. "Nggak! Shilla itu cuma CEWEK
MATRE yang cuma mau
NGERAMPAS KEKAYAAN kamu!
Mario, kapan sih kamu mau
percaya sama aku?!" bentakku,
agak kesal. "CUKUP IFY!" bentak Rio, agak
keras lagi. Aku sempat kaget. "KITA BUKAN SAHABAT LAGI!!!"
teriaknya, dan sekali lagi, ia
meninggalkanku begitu saja. Aku
shock berat. Tapi, aku tetap
kekeh kalau Shilla hanya cewek
matre. Tapi, aku juga begitu sakit. Ketika Rio bilang.. KITA BUKAN SAHABAT LAGI!!! Apa hanya karena Shilla kita
bukan sahabat lagi? *** 15 Desember 2010 Hari demi hari.. Aku tidak
bertegur sapa dengan Rio. Bila
bertemu Rio, aku langsung kabur
atau Rio yang melengos atau ia
menatapku dengan tatapan sinis.
Dan aku hanya menunduk bila bertemu dengannya. Keluargaku
apalagi Kak Dea juga heran aku
jarang lagi bermain dengan Rio.
Biasanya, kalau hari Minggu, aku,
Kak Dea, Rio, Bastian suka
bermain basket dihalaman rumahku. Tapi kini, sudah tidak.
Mungkin, nggak akan pernah
terjadi lagi. "Fy, Rio kok sekarang jarang main
kesini ya? Terakhir November
malah. Kenapa? Kamu berantem
sama dia?" tanya Kak Dea. "Ngg.. Nggak. Nggak papa. Cuma
banyak tugas aja. Kan, udah mau
UAS juga. Mau fokus belajar aja."
kataku, berbohong. "Oh gitu." respon Kak Dea. *** 24 Desember 2010 Hari terakhir sekolah. Shilla dan
Angel belum pulang. Mereka masih
berada dikantin. Rio tadinya udah
pulang. Tapi, ia balik lagi. Karena,
HPnya tertinggal bersama Shilla.
Shilla mengaduk jus lemonnya. "Hahaha sumpah tuh ya, bodoh
banget sih si Rio! Aduh gila, nggak
tahan gue jadian sama dia" kata
Shilla. "Ya ampun, sayang. Tapi, kalo lo
nggak jadian sama dia, kita mau
dapet 'bank' darimana dong?
Mumpung lo dapet pacar kaya
raya kayak dia, harus lo
manfaatin! Kalau, udah miskin, baru lo tinggalin!" kata Angel. Rio
yang ternyata berada dibalik
pintu kantin mendengar semua
percakapan itu. Tiba-tiba HP Shilla
berbunyi. "Hallo sayang!" kata Shilla dengan
HP itu. Rio kaget. Kayaknya, Rio
nggak nelfon dia. HPnya saja di
tangan Shilla. "Jalan? Kapan?" katanya. "Oh, besok. Ya udah, kamu jemput
aku ya. Eh aku ajak Angel ya,
hehehe kasian kan ni anak nggak
diajak." "Oke sip, bye honey!" ia
memutuskan pembicaraannya. "Siapa, Shil?" tanya Angel. "Gabriel." kata Shilla. "Oh, pacar lo yang baru?" tanya
Angel. Shilla mengangguk. Rio
sudah tak tahan, ia masuk
kedalam kantin. "Hai, Shilla! Hai, Angel!" sapa Rio,
dengan senyum. "Ri...Rio!" kata Shilla dan Angel,
kaget campur panik. "Kenapa? Kaget? Gue kesini cuma
mau ngambil HP gue yang ada di
Shilla. Mana Shill?" tanya Rio. Shilla
memberi HP Rio dengan gugup. Rio
tersenyum miring. "Oke. Selamat bersenang-senang
dengan Gabriel, PACAR BARU LO itu
ya, Shill. Ternyata, selama ini lo
cuma mau memperalat gue
dengan uang-uang gue ya?
Harusnya gue denger perkataan sahabat gue. Kita putus ya, bye!"
kata Rio lalu ia pergi. "Yo!! Riooo!!!!" panggil Shilla dan
berusaha mengejar Rio. Rio
menghiraukannya. *** 27 Desember 2010 Libur telah tiba. Aku masih
dikamar tidurku dengan piyama.
Aku membuka gorden kamarku.
Ku lihat kamar Rio yang
bersebrangan denganku. Masih
ditutup. Mungkin, masih tidur. Ku tutup pula gorden kamarku. ^^ Rio membuka gorden kamarnya. Ia
melihat kearah jendela kamar
sahabat kecilnya, Ify. "Apa dia masih tidur? Ify, maafkan
aku...." kata Rio, lemas. Ia menutup
gorden kamarnya pula. *** 29 Desember 2010 Rio menghubungi Kak Dea via
telfon. "Kak Dea? Hallo!" "Hei, Rio! Apa kabar? Udah lama
nggak main. Ayo sini, main! Lagi
liburan kan?" "Baik, Kak. Iya, nanti deh Kak. Aku
mau nanya boleh?" "Nanya apa, Yo?" "Hm gini......" Rio menceritakan
semua nya tentang masalahnya
dengan Ify. "Oh gitu, pantesan kamu jarang
main sama Ify. Jadi gini,
rencananya Papa mau ngadain
BBQ-an sama keluargamu. Tapi,
Papa baru bilang ke aku sama
Mama. Mungkin Papa mu udah tau. Jadi, pas taun baru mau BBQ
bareng. Gimana kalau kamu
kesini? Terus minta maaf?" "Iya kak, tapi....waktu aku jadian
sama Shilla, aku kangen banget
sama Ify. Aku pengen meluk dia.
Aku pengen bilang, aku sayang
banget sama dia." "Kamu suka sama Ify?" "Hm.... Mungkin." "Aha! Kakak ada ide..." *** 30 Desember 2010 Orangtua Ify bertemu Orangtua
Rio disebuah Cafe Blok M. Mama
dan Papa Rio baru saja pulang
kerja dan berkunjung ke O la la
Cafe, sementara Papa dan Mama
Ify juga baru pulang kerja. "Wah, Bu Gina! Sini, gabung
dengan kami." kata Mama Rio
menyambut kedatangan Orangtua
Ify. "Nggak nyangka bisa ketemu, ya.
Baru pulang kerja?" kata Papa Ify
sambil bersalaman dan duduk. "Iya, Pak! Hm, dengan pertemuan
tak terduga ini saya juga mau
ngomong sesuatu, Pak. Ini jika
Bapak setuju juga." kata Papa
Rio. "Ada apa ya, Pak?" tanya Mama
Ify. "Hm, gini, Bu. Saya dan Papa Rio
sepakat mau menjodohkan Rio
dan Ify. Kan, besok kita juga BBQ-
an. Sekalian bilang sama anak-
anak. Saya yakin mereka mau,"
kata Mama Rio. "Wah, boleh tuh! Saya juga
berfikiran seperti itu." kata Papa. "Saya ikut Papanya saja," kata
Mama. Pertemuan tak terduga itu
membuahkan hasil untuk Rio dan
Ify. Apa mereka setuju? *** 31 Desember 2010 15.00 "Apa? Mau BBQ sama keluarga
Rio? Kok aku baru dikasih tau?"
tanya ku, kesal. "Maaf sayang, Papa baru inget.
Nggak papa kan? Sekalian kamu
main sama Rio" kata Papa lalu
meninggalkan Ify begitu saja. "Omaigat!" respon Ify. "Gila, kalau
orangtua ku tau aku berantem
sama Rio gimana?!" ^^ 23.23 Keluarga Rio sudah dari satu jam
yang lalu sudah mengadakan BBQ
di halaman belakang rumahku.
Tapi, aku tak kunjung keluar dari
kamar. Aku hanya melihat dari
jendela. Aku takut bertemu dengan Rio. Tapi, aku tak melihat
sosok Rio disana. "Ify!" panggil seseorang.Aku
menoleh. "Ri.....Rio?!" "Ify, kok kamu nggak kebawah?"
tanya Rio. "Aku..Aku..." "Fy, main piano dong buat aku."
pinta Rio. "Rio, tapi....." "Kamu nggak mau?" tanya Rio.
Aku mengangguk. Perlahan-lahan
aku berjalan menuju piano. Aku
baru menekan tuts piano itu. "Rio, ini ada apa sih? Kenapa tiba-
tiba kam baik sama aku?"
tanyaku yang penasaran daritadi. "Maaf Ify. Kamu benar, aku salah.
Aku nggak percaya sama kamu.
Aku nggak percaya sama
sahabatku sendiri. Shilla dan Angel
tuh cewek matre! Shilla malah
selingkuh pula dibelakang aku! Aku benci sama dia." kata Rio. 'Rio udah tau semuanya? Wah,
thanks God!' batinku. Hatiku
berbunga-bunga. Aku benar-
benar senang hari ini. "Ify!!!! Ayo dong main piano buat
akuuu!!" kata Rio. Aku
mengangguk. Rio duduk
disebelahku. Aku mulai menekan
tuts piano. I’ m so glad you made time to see me
How’ s life, tell me how’ s your family?I haven’ t seen them in a while You’ ve been good, busier than ever
We small talk, work and the
weatherYour guard is up and I
know why Because the last time you saw
me
I still burned in the back of your
mindYou gave me roses and I left
them there to die So this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying
I’ m sorry for that night And I go back to December all the
time
It turns out freedom ain’ t nothing but missing you
Wishing I’ d realized what I had when you were mine
I’ d go back to December turn around and make it all rightI’ d go back to December all the time These days I haven’ t been sleeping
Staying up playing back myself
leavingWhen your birthday
passed and I didn’ t call Then I think about summer all the
beautiful times
I watched you laughing from the
passenger sideAnd realized I loved
you in the fall And when the cold came, the
dark days
When fear crept into my mind
lyricsalls.blogspot.comYou gave me
all your love and all I gave you
was goodbye So this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying
I’ m sorry for that night And I go back to December all the
time
It turns out freedom ain’ t nothing but missing you
Wishing I’ d realized what I had when you were mine
I’ d go back to December turn around and change my own
mindI’ d go back to December all the time I miss your tan skin, your sweet
smile, so good to me, so right
And now you held me in your
arms that September nightThe
first time you ever saw me cry Maybe this is wishful thinking
Probably mindless dreamingIf you
loved again I swear I’ d love you right I’ d go back in time and change it but I can’ tSo if the chain is on your door, I understand But this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying
I’ m sorry for that night And I go back to December
It turns out freedom ain’ t nothing but missing you
Wishing I’ d realized what I had when you were mine
I’ d go back to December turn around and make it all right
I’ d go back to December turn around and change my own
mindI’ d go back to December all the time
All the time (Back To December -
Taylor Swift) Tiba-tiba ada suara tepuk tangan
dari arah belakang. "Kak Dea? Bastian?" kataku. Aku
masih bingung. "Ify! Ify, lihat kearah jendela deh"
kata Kak Dea, penuh semangat.
Aku memandang Rio. Rio hanya
tersenyum padaku. Aku berjalan
menuju jendela. Kubuka gorden
kamarku. "Hah?" "Ify! Ayo turun!!" teriak Papa. "Sini sayang! Ini dari Rio buat
kamu!" kata Mama. Aku masih tak
percaya. Sebuah ukiran bunga-
bunga yang indah bergambar
Love. Apa iya untukku? "Itu semua perasaan aku ke
kamu, Ify." kata Rio. "Ha? Gimana sama S........" kataku. "Shilla? Dia udah kelaut! Kan aku
udah bilang, aku putus sama dia."
kata Rio. "Putus?" "Shilla tuh cuma cewek matre.
Udah yuk, kebawah! Kasian orang
tua kita nunggu kita dibawah,"
ajak Rio lalu menggandeng
tanganku. Pipiku bersemu merah.
Jantungku berdetak lebih cepat. Kami turun kebawah dan menuju
halaman belakang. "Ify, kamu seneng kan mau
dijodohin sama Rio?" tanya Mama
Rio. "Hah? Maksudnya?" tanya ku. "Ya ampun, Ify. Kita tuh bakal
dijodohin! Pacaran-pacaran.." kata
Rio sambil menaikan alis. "Hah?" "Kamu nggak mau?" tanya Papa
Rio. "Ya mau lah! Eh!" aku menutup
mulutku. "CIEEEEEE..." Mukaku bersemu
merah. "Kak Ify, kakak cari sesuatu deh
di rangkaian bunga-bunga itu."
kata Bastian. Aku semakin
bingung. Aku mencari sesuatu
yang entah apa itu barangnya
dibantu Rio. "Ini?" tanyaku menunjukkan
sebuah kalung love yang baru
aku temukan tadi. "Buka deh, Fy, liontinnya" kata
Rio. Aku membukanya. Ada fotoku
dan foto Rio. "Ify, aku sayaaaaaaang banget
sama kamu. Taun baru ini, aku
mau kamu jadi pacar aku. Bukan
hanya sekedar sahabat kecilku
lagi." kata Rio memegang
tanganku. "Ini mimpi?" tanya Ify. "Ini nyata, Fy!" jawab Rio. "Rioooooo..." aku memeluk erat
Rio. "Aku juga sayang banget sama
kamu. Aku nggak mau kehilangan
kamu lagi." "Nggak akan lagi, Fy. Aku janji.." 'Tuhan, terima kasih untuk
Desember terindah ini. I will never
forget this day. With Mario, it has
become something beautiful for
my life.'

Sabtu, 09 April 2011

sepenggal kisah masa lalu *cerpen rify*

“VANOOO….tungguin…!!!” teriak seorang gadis kecil dari kejauhan. Gadis kecil itu berhenti sejenak untuk mengatur napasnya. Napasnya terengah-engah karena mengejar anak lelaki yang bernama Vano. Yang dipanggil tetap cuek. Vano terus berlari sampai ke atas bukit. “Cha, sini deh…!” seru Vano pada gadis kecil itu. Gadis kecil itu memonyongkan bibirnya. Kesal terhadap sikap Vano yang suka seenaknya sendiri. Tapi toh akhirnya gadis kecil itu menuruti ajakan Vano untuk naik ke atas bukit. “Kamu tuh suka seenaknya sendiri ya ninggalin aku!” omel gadis kecil itu. “Salah siapa kamu jalannya kayak keong gitu?” jawab Vano asal. Gadis kecil itu menatap Vano dengan tatapan kesal. “Udah…nggak usah ngambek gitu! Malu tuh diliatin sama bintang.” Vano menunjuk ke langit. Gadis kecil itu menatap langit dengan kagum. “Wah…bintangnya banyak banget ya, Van?” seru gadis itu girang. “Bagus kan?” “Iya, bagus banget!” “Duduk, yuk!” ujar Vano yang kemudian duduk di atas rerumputan. Gadis kecil itu pun mengikuti. Suasana hening sejenak. Mereka sama-sama diam menikmati keindahan malam itu. Bintang- bintang bertaburan di langit luas.
Di bawah, mereka juga dapat melihat cahaya lampu dari hamparan rumah -rumah penduduk. Suara jangkrik pun ikut menghiasi malam itu. “Vano…kamu pilih bintang yang mana?” tanya gadis kecil itu memecah keheningan. “Aku pilih yang itu tuh, yang paling terang.” Vano menunjuk salah satu bintang yang paling terang. “Kok Vano pilih yang itu sih? Itu kan punya Icha.” Sahut gadis kecil itu nggak mau kalah. “Ya udah...biar adil, gimana kalo bintang yang paling terang itu jadi milik kita berdua?” Gadis kecil itu mengangguk, tanda kalau dia setuju dengan usul Vano. “Eh, ada bintang jatuh tuh. Cepet kita bikin permohonan!” ujar Vano sambil menunjuk ke arah bintang jatuh. Gadis kecil itu pun mengikuti. Wah…Vano memang hebat. Bisa membuat gadis kecil itu selalu menuruti apa kata Vano. Vano dan gadis kecil itu sama-sama memejamkan matanya. Dalam hati, mereka membuat suatu permohonan. “Gimana? Udah belum?” tanya Vano setelah ia membuka matanya. Gadis kecil itu membuka matanya perlahan, lalu mengangguk. “Udah.” “Icha minta apa?” “Icha minta…biar Icha sama Vano bisa sama-sama terus, sampai kita menikah.” Sahut gadis kecil itu dengan polosnya. “HUAHAHAHA…….!!!!” Vano tertawa keras. “Kok kamu ketawa sih?” “Habis permintaan kamu lucu sih….siapa juga yang mau nikah sama cewek cerewet kayak kamu!” sahut Vano setelah tawanya reda. Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya. “Jadi Vano nggak mau nikah sama aku?” “NGGAK!” “Iiih….Vano nyebelin, nyebelin, nyebelin…!!!” Gadis kecil itu memukul-mukul lengan Vano. “Aduh, iya….ampun, ampun….! Vano mau kok…” jawab Vano sambil berusaha menghindari pukulan gadis kecil itu. Gadis kecil itu menghentikan pukulannya dan tersenyum puas, “Vano tadi minta apa?” Vano terdiam dan raut wajahnya mendadak berubah. “Vano kenapa? Kok diem?” “Aku…aku minta, kalo suatu saat…kita bisa ketemu lagi, Cha…” Gadis kecil itu mengerutkan keningnya. “Suatu saat? Memangnya kita nggak akan ketemu lagi?” tanya gadis kecil itu. Mendadak muncul perasaan takut di hatinya. Vano menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Vano nggak berani menatap mata gadis kecil itu. “Besok, besok...Vano kembali ke Manado, Cha. Vano mau tinggal sama Papa – Mama Vano di sana.” Mata gadis kecil itu berkaca- kaca. “Jadi Vano mau pergi? Vano mau ninggalin Icha?” Vano menunduk, “Maaf, Cha.” Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Vano. Butiran bening mulai keluar dari mata gadis kecil itu hingga membasahi pipinya. “Cha…Icha kok malah nangis?” Vano berusaha menghapus air mata gadis kecil itu dengan tangannya. “Vano jangan pergi!” rengek gadis kecil itu manja. “Icha jangan sedih lagi ya. Vano punya sesuatu buat Icha.” Vano mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, “Vano punya dua bintang. Yang satu buat aku, yang satunya lagi buat Icha.” Lanjut Vano yang kemudian memberikannya pada gadis kecil itu. Gadis kecil itu menerimanya. “Kalo Icha lagi kangen sama Vano, Icha bawa aja bintang ini ke tempat yang gelap. Nanti bintangnya bisa nyala. Anggap aja, kalo Icha lagi sama Vano.” Jelas Vano. Gadis kecil itu memandang bintang dari Vano lekat-lekat. “Icha percaya ya sama Vano, walaupun kita jauh…tapi Icha selalu ada di hatinya Vano.” Gadis kecil itu tersenyum, “Vano juga akan selalu ada di hati Icha.” ♥ ♥ ♥ 10 tahun kemudian… Siang itu, Ify dan Mamanya pergi jalan-jalan ke mall. Sebenarnya tujuan utama Ify adalah untuk membeli sesuatu yang sudah diincarnya dua hari yang lalu. Ify sampai rela membongkar celengannya hanya untuk mendapatkan barang itu. Dan Ify berharap kalo barang itu masih ada dan belum dibeli oleh orang lain. “Fy, Mama mau liat-liat baju dulu ya. Kamu mau ikut Mama atau langsung cari sepatunya?” tanya Mama Ify. “Mau langsung cari sepatunya aja deh, Ma. Takut keburu diambil orang.” Jawab Ify sambil berlalu meninggalkan Mamanya. “Mudah-mudahan masih ada…” gumam Ify sambil terus mencari. Mata Ify langsung berbinar saat melihat sepatu yang diinginkannya ternyata masih terpajang manis di salah satu rak. Dengan cepat Ify menghampiri rak itu. Tapi…SIAL! Saat tangan Ify hendak mengambil sepatu itu, sudah ada tangan lain yang memegangnya lebih dulu. Dan secara nggak sengaja, tangan Ify malah menyentuh tangan itu. Pandangan Ify beralih ke wajah seseorang yang menjadi saingannya. Ternyata seorang cowok. ‘Manis!’ pikir Ify. Cowok itu pun menatap Ify. Sesaat mereka saling berpandangan. 1 detik… 2 detik… 3 detik… ‘Sadar, Fy…sadar! Yang terpenting sekarang ini bukanlah cowok itu, tapi SEPATU!’ Ify tersadar dari lamunannya dan segera kembali ke alam nyata. “Bisa nggak, lepasin tangan lo dari tangan gue?” tanya cowok itu dingin. Buru-buru Ify melepaskan tangannya dari tangan cowok itu. “Oh…sorry…tapi gue mau ambil sepatu itu.” Jawab Ify sedikit gugup. “Gue duluan yang pegang, jadi sepatu ini punya gue.” Ify melotot. “Nggak bisa gitu dong! Gue udah liat sepatu ini dua hari yang lalu dan gue berniat mau beli sepatu ini sekarang!” Ify nyolot. “Oh ya? Kalo emang lo liatnya dari dua hari yang lalu, kenapa baru lo beli sekarang?” cowok itu ikutan nyolot. Ify mulai emosi. ‘Cakep cakep, tapi ngeselin!’ “Heh! Lo itu kan cowok, ngalah dikit dong sama cewek! Lagian ngapain sih lo beli-beli sepatu cewek? Banci lo!” “Sembarangan banget sih lo kalo ngomong? Itu urusan gue, duit juga duit gue. Kalo lo mau sepatu
ini, makan nih sepatu! Gue bisa cari lagi di tempat lain yang lebih BAGUS dan lebih MAHAL dari sepatu ini!” kata cowok itu sambil memberi penekanan pada kata yang di capslock. Cowok itu melemparkan sepatu itu ke arah Ify. Ify menangkapnya. “Kasar banget sih lo jadi cowok? Asal lo tau aja ya, gue udah nggak ada minat buat beli sepatu ini.” Ify menaruh kasar sepatu itu ke rak. “TERSERAH!” Cowok itu membalikan badannya dan berlalu pergi entah ke mana. “Dasar cowok sombong! Nyebelin!” teriak Ify. Tapi cowok itu cuek dan tidak menoleh sedikit pun. Ify hanya terdiam dan menatap cowok itu dengan kesal. Setelah cowok itu hilang dari pandangannya, Ify menghela napas dan kembali menatap sepatu itu. Rasa keinginan untuk memilikinya hilang sudah. Sepatu yang awalnya sudah dimpi- impikannya dari kemarin, menjadi sepatu yang dibencinya. Itu semua gara-gara cowok itu. Ingat ya! GARA-GARA COWOK ITU! “Gimana, Fy? Udah dapet sepatunya?” pertanyaan Mama membuat Ify sedikit terkejut. “Ify nggak jadi beli, Ma.” Jawab Ify malas-malasan. “Lho, kenapa? Bukannya kamu pengen banget sepatu itu?” “Nggak pa-pa kok, Ma. Males aja. Udah yuk, kita pulang aja!” Mama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya yang mendadak aneh. ♥ ♥ ♥ Ify menaruh tas sekolahnya ke meja dengan kasar. Tanpa menyapa dua sahabatnya, Ify langsung duduk di bangkunya sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Shilla dan Sivia – dua sahabat Ify, hanya berpandangan melihat sikap Ify yang aneh. Tidak seperti biasanya. Karena biasanya Ify selalu menyapa dua sahabatnya saat dia sudah sampai di kelas. “Ify kenapa, Shil?” tanya Sivia pelan. Shilla hanya mengangkat bahu. “Kita tanya langsung aja ke orangnya.” usulnya. Shilla beranjak dari bangkunya dan beralih duduk di bangku sebelah Ify yang memang kosong.
Bangku itu sebelumnya milik Nova. Tapi karena Nova pindah sekolah, sekarang bangku itu menjadi kosong. Sivia membalikan badannya agar bisa duduk berhadapan dengan Ify. “Kenapa lo, Fy? Kusut banget muka lo?” tanya Shilla. “Gue lagi kesel.” Jawab Ify datar. “Kesel kenapa?” giliran Sivia yang bertanya. “Kalian masih inget kan kalo dua hari yang lalu kita bertiga jalan- jalan ke mall?” Ify balik tanya. Shilla dan Sivia mengangguk. “Dan kalian juga masih inget kan sama sepatu yang gue pengen kemarin?” tanya Ify lagi. “Iya, inget. Kenapa? Udah lo beli?” tanya Shilla. “Boro-boro beli! Berantem sama orang, iya!” jawab Ify kesal. “Beli sepatu sama berantem? Kayaknya nggak ada hubungannya deh, Fy.” Kata Sivia heran. “Iya, Fy. Lo ceritanya yang jelas dong!” tambah Shilla. Ify menghela napas. “Kemarin tuh gue udah berniat mau beli sepatu itu. Tapi di saat gue udah mau ambil sepatunya, ternyata ada seorang cowok yang mau beli sepatu itu juga. Kita sempet rebutan, sampai akhirnya kita berantem.” Jelas Ify. “Terus akhirnya siapa yang beli sepatu itu?” tanya Shilla. “Nggak ada!” “Capek deh…” seru Shilla dan Siva bersamaan. “Habisnya cowok itu ngeselin banget, nggak mau ngalah sama cewek!” “Emangnya yang pegang sepatu itu duluan siapa?” tanya Sivia. “Ehm…sebenernya…cowok itu sih yang pegang duluan…” ucap Ify sambil nyengir. “Gimana sih lo, Fy? Kalo gitu harusnya lo yang ngalah dong. Biar gimana pun juga tetep dia duluan yang pegang.” Ujar Shilla. “Lo kok jadi belain dia sih?” “Bukan belain, Fy…Cuma kasih pendapat aja.” Bel masuk berbunyi. Mengentikan pembicaraan di antara mereka. Shilla memutuskan untuk kembali ke bangkunya, sementara Sivia kembali menghadap ke depan. Selang lima menit, Pak Duta, guru Matematika sekaligus merangkap sebagai wali di kelas Ify, masuk ke kelas. Semua murid terdiam. Nggak ada yang berani sama Pak Duta, soalnya Pak Duta terkenal sebagai Mr.killer di sekolah. Tapi pagi itu Pak Duta nggak dateng sendirian. Melainkan bersama seorang cowok. Ify ternganga melihat kedatangan cowok itu. Ternyata cowok itu adalah cowok yang sama dengan cowok yang berebutan sepatu dengannya kemarin. “LO?? Ngapain lo di sini?” tanya Ify ketus. Kontan membuat semua seisi kelas menatap ke arah Ify. Termasuk Pak Duta. “Apa ada masalah, Fy?” tanya Pak Duta. “Ehm…nggak pa-pa kok, Pak.” Jawab Ify akhirnya. Ify lebih memilih untuk dian dan menatap cowok itu dengan kesal. “Pagi, anak-anak…!” sapa Pak Duta. “Pagi, Paaak…!” jawab semua murid kompak. “Sebelum kita mulai pelajaran hari ini, bapak akan memperkenalkan seseorang kepada kalian. Yang berdiri di samping bapak ini, akan menjadi teman baru kalian.” Ucap Pak Duta yang kemudian menatap ke arah cowok itu, “Sekarang…kamu bisa perkenalkan diri kamu.” Lanjut Pak Duta pada cowok itu. Cowok itu mengangguk dan tersenyum. Lalu menatap seisi kelas sambil tersenyum. Kontan membuat semua cewek di kelas itu meleleh melihat senyuman cowok itu. Tapi tidak bagi Ify. ‘Dasar tukang tebar pesona!’ batin Ify. “Selamat pagi, temen-temen! Nama saya Mario Stevano Aditya Haling. Kalian bisa panggil saya Rio.” Ucap cowok itu yang ternyata bernama Rio. ‘Oh…jadi nama cowok nyebelin itu Rio?’ kata Ify dalam hati. “Bapak rasa perkenalannya sudah cukup. Nanti bisa kalian lanjutkan lagi.” Kata Pak Duta sambil membetulkan letak kacamatanya. “Rio…kamu bisa duduk bersama Ify, di bangku yang masih kosong.” Lanjut pak Duta. Ify melotot. “Maaf, Pak….masa dia duduk sama saya sih?” Ify nggak terima. “Nggak ada pilihan lain lagi, Fy. Bangku yang masih kosong tinggal satu kan? Jadi…Rio duduk sama kamu.” “Tapi, pak…” “Kamu masih mau ikut pelajaran bapak atau tidak?” tanya pak Duta dengan wajah sangarnya. Ify terdiam dan hanya bisa menghela napas. Sementara Rio berjalan menuju meja Ify dan langsung duduk di sebelah Ify dengan cuek. “Ngapain sih, lo mesti sekolah di sini?” tanya Ify jutek. “Sekolah ini bukan punya nenek lo kan? Jadi siapa pun berhak sekolah di sini, termasuk gue!” balas Rio santai. Akhirnya dengan pasrah Ify menerima kenyataan untuk duduk bersama Rio. ♥ ♥ ♥ Malam itu, Ify berada di ruang tengah sambil membaca-baca majalah remaja yang baru saja dibelinya. Tiba-tiba Mama datang dan langsung duduk di sebelah Ify. “Mama dari mana?” tanya Ify. “Dari butik.” “Ngapain, Ma?” “Ya beli baju dong, masa beli sayur?” Iya, Ify tau…maksud Ify, beli baju buat siapa?” “Buat kamu. Cobain nih!” ucap Mama sambil memberikan satu kantong belanjaannya pada Ify. Ify menerimanya dan mengambil isinya dari kantong belanjaan itu. Ternyata sebuah gaun soft pink selutut dengan motif bunga- bunga. Gaun yang sangat cantik. Ify ternganga. ”Bagus banget, Ma. Tapi…buat apa Mama beliin gaun buat Ify? Ultah Ify kan masih lama.” Mama tersenyum. “Sabtu malam besok, ada rekan bisnis Papa yang ngajakin makan malam. Kita semua harus datang.” “Harus, Ma? Ify juga?” “Iya, memangnya kenapa?” “Ify males ikut ah, Ma…Pasti acaranya ngebosenin deh.” “Eh…nggak boleh gitu! Pokoknya kamu harus tetep ikut. Udah… kamu cobain gaunnya dulu sana!” Ify beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya. Bukannya langsung mencoba gaun itu, Ify malah meletakkan gaun dari Mamanya ke tempat tidurnya. Ify menarik meja belajarnya dan mengambil sebuah kotak. Di dalamnya terdapat sebuah benda kesayangannya yang menjadi kenangan di masa lalunya. Lalu Ify mematikan lampu kamarnya, menatap benda itu yang terlihat bersinar. “Van, gue kangen sama lo…” Ify membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan mendekapkan benda itu ke dadanya. Berharap agar seseorang yang sangat dirindukannya bisa hadir dalam mimpinya. ♥ ♥ ♥ Jam istirahat di kantin… “Kenapa sih, Fy…kayaknya lo nggak suka banget sama Rio?” tanya Sivia sambil mengaduk- aduk es tehnya dengan sedotan. “Gue kan udah bilang kalo Rio adalah cowok nyebelin yang rebutan sepatu sama gue di mall waktu itu.” “Iya…tapi masa Cuma gara-gara hal sepele gitu aja lo jadi benci banget sama dia?” tanya Shilla. “Pokoknya gue udah sebel banget sama dia. Titik. Eh…malah sekarang gue sekelas sama dia, sebangku pula!” “Jodoh kali!” celetuk Sivia asal. “What?? Jodoh?? Gue sama Rio?? Nggak banget deh kalo gue berjodoh sama dia.” “Inget loh, Fy…benci sama cinta tuh bedanya tipis banget.” Kata Shilla. “Tapi…gue nggak mungkin jatuh cinta sama Rio.” Sahut Ify yakin. “Kita liat aja nanti!” kata Shilla. “Ada apaan nih, ngomong cinta- cintaan segala?” tanya Alvin tiba-tiba. Alvin datang bersama Gabriel ke kantin. Alvin mengambil
posisi duduk di sebelah Sivia, sementara Gabriel di sebelah Shilla. “Lo lagi jatuh cinta, Shil? Gue mau di kemanain?” tanya Gabriel nggak nyambung. “Dimasukin ke kantong plastik, terus dibuang ke tempat sampah
deh…” jawab Shilla asal membuat yang lain tertawa. “Tega bener lo sama cowok sendiri, Shil?” ucap Sivia sambil geleng-geleng kepala. “Iya tuh…masa cowok ganteng kayak gue ditaro di tempat sampah?” sahut Gabriel nggak terima. “Ganteng dari Hongkong?” celetuk Alvin. “Bukan dari Hongkong, tapi ganteng dari lahir!” sahut Gabriel lagi. Tapi nggak ada lagi yang peduli dengan ucapan Gabriel. Ify, Shilla & Sivia kembali melahap bakso mereka. “Eh, Vi…suapin gue dong…! Gue laper banget nih…” ucap Alvin manja pada Sivia. “Makan sendiri, nggak pake suap-suapan!” kata Sivia cuek. “Nggak pa-pa lagi, Vi. Lo pinjem sekop deh sama tukang kebun sekolah buat nyuapin Alvin tuh…” kata Gabriel. “Sialan lo!” Alvin menoyor Gabriel. Gabriel terkekeh. Ify, Shilla dan Sivia lagi-lagi tertawa. Setelah itu, mereka sibuk dengan pasangan masing- masing. Shilla dengan Gabriel dan Sivia dengan Alvin. Sementara Ify? Ify sendirian. “Gue cuma jadi obat nyamuk nih…?” tanya Ify memelas dan membuat yang lain menoleh. “Hehehe…sorry deh, Fy. Makanya lo cari cowok dong…” usul Sivia. “Iya, bener tuh, Fy. Sama Cakka aja! Dia kan udah lama suka sama lo.” Tambah Gabriel. “Kalian apaan sih? Gue masih belum pengen pacaran kok.” Jawab Ify. “Apa gara-gara cinta pertama lo itu?” tanya Sivia. Ify terdiam. “Fy, sampe kapan sih lo mesti ngarepin cowok di masa lalu lo itu? Lo juga nggak tau kan, sekarang dia di mana? Kabarnya gimana? Dan…belum tentu juga kan, kalo dia masih inget sama lo?” kata Shilla. “…” “Lo nggak bisa gini terus dong, Fy. Apa lo mau, terus-terusan hidup dalam bayang-bayang masa lalu lo?” tanya Shilla lagi. “Maksud lo…apa gue harus ngelupain semuanya?” tanya Ify. “Gue nggak minta lo buat ngelupain semuanya. Tapi lo harus berpikir realistis dong, Fy. Menunggu seseorang yang nggak pasti, itu hanya akan membuat lo kecewa, Fy. Kita sebagai sahabat lo, Cuma ingin yang terbaik buat lo.” Lanjut Shilla. Yang lain ikut mengangguk. “Bener juga apa kata Shilla, Fy. Lo harus pikirin buat masa depan
lo.” Tambah Sivia. Ify memaksakan diri untuk tersenyum. “Iya, deh…makasih ya, buat perhatian kalian.” “Ya udah, sekarang kita habisin dulu makanannya, keburu bel masuk.” Kata Sivia. “Hmm…mendingan gue pindah meja aja deh. Males ngeliatin lo pada mesra-mesraan gitu. Hihihi…” kata Ify yang kemudian beranjak dari tempat duduknya. Ify mengambil satu mangkok bakso dan segelas es teh miliknya untuk membawanya ke meja lain. Tapi saat Ify membalikkan badannya, tiba-tiba dia menabrak seseorang. Kuah bakso dan air es teh itu sebagian membasahi baju seseorang yang ditabrak Ify tadi.
Ify terperangah… “Aduh…maaf, maaf, gue nggak sengaja…” kata Ifu merasa bersalah. “Woi! Lo punya mata nggak sih? Makanya, mata tuh jangan ditaro dengkul!” bentak cowok itu. Ify menatap cowok itu, “Rio?” Rio menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain. “Gue kan udah bilang maaf.” “Gue nggak butuh maaf. Yang gue mau, lo bersihin baju gue sekarang!” Ify menatap Rio marah dan segera mengambil tisu dari sakunya. Ify mulai membersihkan noda di baju Rio. Mendadak jantung Ify berdetak kencang. Nggak biasanya Ify merasakan seperti ini bila berada di dekat cowok. Tanpa sengaja, mata Ify dan mata Rio bertemu. Sesaat mereka berpandangan. ‘Tatapan mata itu…’ batin Ify. 1 detik… 2 detik… 3 detik… 4 detik… “EHEEEMMM….!” Gabriel berdehem keras. Ify dan Rio tersentak kaget. Ify menunduk malu, untuk menyembunyikan pipinya yang sudah merona. “Nih, lo bersihin sendiri!” Ify memberikan sebungkus tisunya pada Rio dan langsung berlari keluar kantin. Ify malu banget saat seisi kantin menatap ke arahnya. ♥ ♥ ♥ “Ify...udah siap belum?” tanya Mama dari balik pintu kamar Ify. “Iya, sebentar lagi kok, Ma.” Jawab Ify setengah berteriak. “Ya udah, Mama sama Papa tunggu di bawah ya...” “Iya, Maaa...” Ify kembali menatap dirinya di cermin. Dia memakai gaun soft pink pemberian Mamanya kemarin. Rambut panjangnya dibiarkan terurai dan dibuat sedikit ikal di bagian bawahnya. Lengkap juga dengan sepatu high heels yang senada dengan gaunnya. Setelah puas dengan dandanannya, Ify keluar dari kamarnya dan segera menemui Papa-Mamanya yang sudah menunggu di lantai bawah. “Ify udah siap nih, berangkat sekarang?” tanya Ify pada Papa-Mamanya. Papa dan Mama menoleh. Menatap Ify dengan kagum. Membuat Ify menaikan alisnya. “Papa sama Mama kenapa? Kok ngeliatin Ify kayak gitu? Apa...dandanan Ify aneh ya?” tanya Ify sembari menunduk untuk melihat penampilannya. “Nggak kok, Fy. Tapi malam ini anak Papa keliatan cantik banget.” Ujar Papanya. “Jadi Cuma malem ini aja? Biasanya jelek dong?” Ify ngambek. Papa tertawa, “Biasanya juga cantik...tapi malem ini cantik banget.” Ify tersenyum, “Iya dong...anak siapa dulu?” “Berarti Mama nggak salah pilihin baju dong?” sela Mama. “Iiiih...Mamaaaa....!!! Yang cantik tuh gaunnya atau Ify sih?” “Cantik dua-duannya. Udah, udah...kita berangkat sekarang ya...” ucap Mama. ♥ ♥ ♥ Keluarga Pak Haris – rekan bisnis Papa Ify, menyambut Ify dan keluarganya dengan sangat ramah. “Fy, kenalin...ini teman lama Papa, namanya Oom Haris. Di sebelahnya istrinya, namanya Tante Alia.” Jelas Papa memperkenalkan pada Ify. Ify tersenyum dan menjabat tangan Oom Haris dan Tante Alia. “Oh...jadi ini yang namanya Ify. Ternyata cantik seperti Mama kamu.” Ujar Tante Alia sambil melirik ke arah Mama. Ify dan Mamanya hanya tersenyum. “Ah, tante...bisa aja!” sahut Ify. “Oh ya, tante juga punya anak yang seumuran kamu juga. Sebentar ya, tante panggilin dulu.” Kata Tante Alia sembari beranjak dari tempat duduknya dan naik ke atas tangga. Tak lama kemudian, Tante Alia turun dari tangga bersama seorang cowok. Ify menoleh dan terkejut... “Rio?” tanya Ify tak percaya. Rio pun tak kalah terkejutnya, “Ify?” Orang tua Ify dan orang tua Rio saling berpandangan heran. “Lho, kalian sudah saling kenal?” tanya Mama Ify. “Kita satu sekolah, satu kelas, bahkan satu bangku, Ma...” jawab Ify malas-malasan. “Wah...bagus dong...!” sahut Oom Haris, membuat Ify dan Rio mengerutkan keningnya. “Bagus??” tanya Ify dan Rio bersamaan. “Ehm, maksudnya....bagus dong kalo kalian sudah saling kenal...” lanjut Oom Haris. Tak lama setelah itu, acara makan malam pun dimulai. Ify duduk tepat berhadapan dengan Rio. Sesekali Ify curi-curi pandang
ke arah Rio. Harus Ify akui kalo malam ini Rio...ganteng banget! Dan beberapa kali pula Ify memergoki kalo Rio sedang menatapnya. Tapi saat mata mereka bertemu, Rio langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Pembicaraan antara orang tua Ify dan orang tua Rio pun berlangsung. Ify dan Rio lebih banyak diam. “Yo, Fy...sebenarnya kami mengadakan makan malam ini, untuk membicarakan tentang rencana perjodohan kalian.” Kata Oom Haris yang sukses membuat Rio dan Ify tersedak. Membuat orang tua Rio dan Ify panik. “Hati-hati makannya, Fy...” sahut Mama sambil memberikan minuman pada Ify. Begitu pun dengan Tante Alia yang segera memberikan minuman pada Rio. “Maaf ya, kalo membuat kalian kaget.” Ucap Tante Alia. “Oom sama Papa kamu sudah bersahabat sejak SMA, Fy. Dulu kita pernah berjanji, kalo kita punya anak nanti, kita akan menjodohkan anak kita. Sampai akhirnya, sekarang kita menjadi rekan bisnis. Dan kebetulan, kalo anak Oom laki-laki dan anak Papa kamu perempuan yaitu kamu, Fy. Jadi...Oom sudah punya niat untuk menjodohkannya dengan kamu.” Jelas Oom Haris. “Tapi, Pa... Kenapa Papa nggak kasih tau Rio sebelumnya sih?” tanya Rio nggak terima. “Iya, Oom, Pa...Lagian kita kan masih SMA.” Tambah Ify. “Kita juga nggak akan cepet- cepet nikahin kalian kok. Kalian kan bisa tunangan dulu.” Ujar Papa Ify. “Betul Fy, Yo... Sambil kalian mengenal satu sama lain, kalian selesaikan dulu pendidikan kalian sampai kuliah. Biar gimana pun, pendidikan kan tetep nomor satu.” Kata Mama Ify. “Iya, baru setelah selesai kuliah, kalian bisa menikah...” tambah Tante Alia. Ify dan Rio saling berpandangan. Tubuh mereka langung lemas mendengar keputusan orang tua mereka. Dan dengan pasrah menerima keputusan itu. Ify menunduk sambil mengaduk- aduk makanan di hadapannya. Selera makannya mendadak hilang. “Yo, kamu ajak Ify ke taman belakang ya. Mungkin kalian perlu bicara berdua.” Ujar Tante Alia. Rio menghela napas dan menatap
Ify. “Yuk, Fy!” ajak Rio sambil beranjak dari tempat duduknya. Ify berdiri dan mengikuti Rio sampai ke taman belakang. Lalu mereka memutuskan untuk duduk di gazebo. Ify dan Rio sama-sama terdiam. Ify menatap langit. Langit malam itu tampak indah. Lengkap dengan perhiasan malam, seperti bulan dan bintang. Ify terpaku pada satu bintang yang paling terang. ‘Seandainya malam ini gue bisa ngeliat bintang bersama dia. Pasti gue akan ngerasa seneng banget. Tapi...malam ini gue harus duduk berduaan sama Rio. Hufft...’ batin Ify. Ify berganti menatap Rio. Ternyata hal yang sama juga sedang dilakukan Rio. Rio pun sedang menatap langit. Merasa diperhatikan, Rio menoleh ke arah Ify. “Kenapa lo liat-liat? Naksir sama gue?” tanya Rio pe-de. “Pe-de banget sih lo?” sahut Ify cuek sambil mengalihkan pandangannya ke kolam renang. “Huuufft.....kenapa sih gue harus dijodohin sama lo?? Dengan gue duduk satu bangku sama lo aja, itu udah jadi hal yang terburuk dalam hidup gue. Dan sekarang...gue harus terima kenyataan, kalo gue mau dijodohin sama lo. Haduuh....gue nggak bisa bayangin deh kalo nanti gue bakal tunangan sama lo, menikah sama lo, dan....punya anak dari lo?? Oh no! Malang bener nasib gue...” cerocos Ify. “Heh, ngomong apaan sih lo? Siapa juga yang mau nikah sama cewek cerewet kayak lo?” sahut Rio kesal. Ify tercekat dan menatap Rio kembali. “Vano...” ucap Ify pelan yang membuat Rio menatapnya. “Tadi lo bilang apa?” tanya Rio. “Oh...ehm...nggak, nggak pa-pa kok.” Kata-kata Rio barusan membawa
Ify untuk mengingat kejadian sepuluh tahun yang lalu. ‘Apa Rio itu.....Ah, nggak mungkin! Mikir apa sih lo, Fy?’ batin Ify. “Jadi....sekarang kita harus gimana?” tanya Ify setelah mereka lama terdiam. “Mau lo gimana?” Rio balik tanya. “Yang jelas, gue nggak mau dijodohin sama lo.” “Sama. Gue juga nggak mau dijodohin sama lo.” “Ya udah, sekarang kita bilang ke orang tua kita, kalo kita menolak perjodohan ini!” “Ya nggak bisa gitu dong, Fy. Kita nggak mungkin ngomong sekarang.” “Terus kita harus gimana?” “Sementara kita ikutin dulu kemauan mereka. Kita jalanin aja dulu. Sambil kita ngomong pelan- pelan ke mereka.” Ify terdiam dan memikirkan kata-kata Rio. “Gimana?” “Ya udah deh, terserah lo....” ♥ ♥ ♥ Sepulang dari rumah Rio, Ify menuju balkon kamarnya. Ify kembali mengingat-ingat kejadian
belakangan ini. Mulai dari pertemuannya dengan Rio di mall, sampai dengan rencana perjodohannya dengan Rio yang membuat Ify kaget. Ify kembali menatap langit. Jutaan bintang masih terlihat di langit, termasuk satu bintang yang paling terang. Ify tersenyum... “Bintang....tolong sampein sama Vano ya, kalo aku kangen sama dia...” ♥ ♥ ♥ Sepulang sekolah, Ify nggak langsung pulang ke rumah. Dia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Suatu tempat yang selalu membuatnya tenang. Ya...Ify memang butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Atas bukit. Itulah tempat yang akan Ify tuju. Suasananya sejuk dan asri. Namun...tiba-tiba Ify menghentikan langkahnya saat matanya menangkap sosok seorang cowok yang sedang berdiri di atas bukit. Ify menatap lekat cowok itu dari belakang. Dan yang membuat Ify terkejut, ketika cowok itu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ternyata sebuah bintang. Bintang yang sama seperti yang dimiliki Ify. Mata Ify mulai berkaca-kaca. “Vano...” Tanpa berpikir panjang, Ify langsung berlari ke atas bukit untuk menghampiri cowok itu. Ify memeluk cowok itu dari belakang. Membuat cowok itu kaget. Perlahan, cowok itu melepaskan tangan Ify yang sudah melingkar di perutnya. Cowok itu membalikkan badannya... “Ify? Ngapain sih, lo peluk-peluk gue?” tanya cowok itu. Ify menatap cowok itu, “Rio? Ngapain lo di sini?” Ify balik tanya. Jujur saat ini Ify bener- bener bingung. “Harusnya gue yang tanya, ngapain lo di sini? Lo ngikutin gue ya?” tanya Rio lagi dengan nada seperti biasanya. Tapi Ify nggak terlalu mempedulikannya. Saat ini bukan waktu yang tepat buat berantem. Ify kembali menatap bintang yang ada di tangan Rio. Ify meraih tangan Rio agar bisa melihat bintang itu dari dekat. ‘Sama!’ pikir Ify. “Lo dapet bintang ini dari mana?” “Bukan urusan lo!” Rio menarik tangannya dari tangan Ify. “Tolong jawab, Yo! Kenapa lo bisa punya bintang yang sama kayak gue?” tanya Ify lagi. Rio tercekat dan menatap Ify bingung. “Maksud lo?” Ify mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Lalu Ify menunjukan sebuah bintang pada Rio. “Apa...lo itu...Vano?” tanya Ify ragu. Rio diam terpaku menatap bintang yang dipegang Ify. Lalu pandangannya beralih ke Ify... “Icha...?” ucap Rio pelan. Ify tersenyum dan air matanya mulai menetes. “Iya, gue Alyssa. Gue Icha, Yo.” Rio ikut tersenyum dan segera meraih Ify ke dalam pelukannya. Rio memeluk Ify dengan erat. Ify pun membalasnya. Tak ada kata lagi yang keluar dari mulut mereka. Ify dan Rio sama-sama diam sambil melepas kerinduan diantara mereka. Rio melepaskan pelukannya dan kembali menatap Ify . “Ternyata lo masih sama seperti dulu. Cerewet dan cengeng!” ucap Rio sambil menghapus air mata Ify dengan tangannya.” “Biarin!” sahut Ify cuek. “Duduk yuk!” ajak Rio yang kemudian duduk di atas rerumputan. Ify mengangguk dan duduk di sebelah Rio. Suasana hening sesaat. “Gimana kabar lo, Cha?” tanya Rio memecah keheningan di antara mereka. “Basi banget sih pertanyaan lo! Panggilnya Ify aja kali, Yo!” Rio tertawa kecil. “Kalo lo pengen tau kabar gue sekarang, jawabannya….kabar gue buruk!” Rio mengerutkan keningnya, “Buruk? Kenapa?” “Iya, soalnya…belakangan ini, ada seorang cowok yang suka bikin gue kesel. Namanya Rio.” Lagi-lagi Rio tertawa, membuat Ify tersenyum. “Kenapa lo senyum-senyum?” “Nggak pa-pa. Ini pertama kalinya gue liat lo ketawa. Biasanya kan lo galak banget sama gue.” Giliran Rio yang tersenyum. “Gue seneng banget karena akhirnya gue bisa ketemu lo lagi. Saat pertama gue tiba di Bandung, yang ada dipikiran gue cuma satu, yaitu lo. Gue berharap kalo gue bisa ketemu lo lagi. Akhirnya gue mutusin buat ke rumah lo. Tapi setelah sampai sana, rumah lo kosong. Gue tanya ke tetangga lo, katanya lo udah pindah dan nggak ada satu pun yang tau alamat lo yang baru. Saat itu gue bingung banget. Nggak tau mesti cari lo ke mana lagi.” Jelas Rio. “Tapi sekarang lo udah ketemu gue lagi kan?” Rio tersenyum. “Gue kira…gue nggak akan ketemu lo lagi. Lo tau nggak, kalo selama ini…gue selalu nungguin lo, Yo. Gue sering dateng ke bukit ini, dengan harapan kalo gue akan ketemu lo di sini. Tapi hasilnya nihil. Tapi gue nggak pernah putus asa, karena gue yakin kalo lo akan kembali. Dan ternyata bener kan? Sekarang gue bisa ketemu lo lagi.” kata Ify. “Maafin gue ya, yang udah bikin lo nunggu selama ini…” “Gue akan maafin lo, tapi asal lo mau janji satu hal.” “Apa?” “Lo harus janji, kalo lo nggak akan ninggalin gue lagi.” Rio tersenyum sambil meraih tangan Ify dan menggenggamnya erat. Rio menatap Ify dalam- dalam. “Tanpa lo minta pun, gue udah berjanji sama diri gue sendiri, kalo gue nggak akan ninggalin lo lagi. Gue akan selalu jagain lo dan
gue juga pengen selalu ada di samping lo. Gue sayang sama lo, Fy…” ucap Rio sungguh-sungguh. Ify tersenyum dan matanya berkaca-kaca. “Gue juga sayang sama lo, Yo…” Sore pun berganti malam. Bintang-bintang mulai terlihat di langit luas. “Itu bintang punya kita udah muncul, Yo.” Kata Ify senang sambil menunjuk salah satu bintang. “Lo masih inget?” “Ya masih lah…dan akan selalu gue inget. Kalo gue lagi kangen sama lo, gue pasti selalu liat bintang pemberian lo dulu.” Rio dan Ify sama-sama diam sambil menatap langit. “Ada bintang jatuh, Fy! Cepet bikin permohonan!” seru Rio. Sama seperti dulu, Ify mengikuti kata-kata Rio. Ify memejamkan matanya sambil mengucap sebuah permohonan dalam hati. Berbeda dengan Rio. Saat itu Rio tidak membuat sebuah permohonan, melainkan hanya memandang wajah Ify yang sedang memejamkan matanya. Rio tersenyum. Rio mendekatkan wajahnya ke wajah Ify. Dan…Rio mencium pipi Ify dengan lembut. Ify kaget dan langsung membuka matanya. Ify memegang pipinya. Pipinya memerah. “Riooo…! Sifat kamu juga masih belum berubah ya? Suka seenaknya sendiri! Main nyosor aja lagi!” kata Ify sambil pasang tampang cemberut. “Hahahaha….muka lo lucu tau nggak, kalo lagi malu gitu.” Ify nggak menanggapinya. “Tadi lo minta apa?” tanya Rio kemudian. “Tadi…ehm…gue minta….” kata Ify terpotong. “Biar Icha sama Vano bisa sama- sama terus, sampai kita menikah?” Rio melanjutkan. Ify menunduk malu dan mengangguk. “Dasar bodoh!” “Kenapa?” “Ngapain lo minta itu lagi? Padahal udah jelas-jelas kita mau
dijodohin. Jadi cepat atau lambat, kita akan menikah kan? Dan dengan kata lain, permintaan lo dulu itu akan dikabulkan.” “Mmm…tapi…bukannya kemarin kita sepakat buat menolak perjodohan itu ya?” tanya Ify polos. Rio menghela napas kesal dan berdiri. “Lo mau ke mana?” tanya Ify. “Pulang. Sekarang kita bilang ke orang tua kita, kalo kita setuju sama perjodohan itu.” “Lo serius?” “Cerewet lo! Buruan!” Rio mengulurkan tangannya pada Ify. Ify tersenyum dan meraih uluran tangan Rio. Baru pernah dia merasakan kebehagiaan seperti ini. Bersama seseorang yang sangat dia sayang. Ternyata penantiannya selama ini nggak sia-sia. Vano telah kembali. Dan Ify nggak akan membiarkan Vano pergi lagi. “Eh, Fy….tadi…gue cium pipi lo yang sebelah mana?” tanya Rio saat mereka sedang berjalan menuju mobil Rio. “Mmm…yang kiri.” Jawab Ify polos. “Berarti ada yang ngiri dong?” tanya Rio sambil tersenyum jail. Ify menghentikan langkahnya dan menatap Rio takut. Ify mundur selangkah. Sepertinya Ify
sudah mengerti maksud Rio. “Fy, ada bintang jatuh lagi tuh!” Rio menunjuk langit. Ify mendongak dan menatap langit. Tepat pada saat itu, Rio mengambil kesempatan untuk mencium pipi Ify yang sebelah kanan. “Yes, dapet!” seru Rio yang kemudian berlari meninggalkan Ify. Ify melotot dan mulutnya ternganga. “RIOOOOOOOOOOOOOOO!!!!!!!!!!!!!!” -THE END- ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Mohon kritik, saran & commentnya... Thanks